Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Platform media sosial saingan Twitter, Mastodon, mengalami pertumbuhan pesat dari sekitar 300.000 pengguna pada Oktober menjadi 2,5 juta pengguna pada November.
Data tersebut diungkapkan oleh pendiri Mastodon, Eugen Rochko, melalui postingan di blog resmi platform itu.
Angka pertumbuhan yang mencengangkan muncul ketika pengguna Twitter mengungkapkan rencana mereka untuk beralih ke platform media sosial lainnya, di tengah kepemimpinan pemilik baru Twitter yang kontroversial, Elon Musk.
Baca juga: Pengguna Twitter Ramai-ramai Kabur ke Aplikasi Mastodon, Unduhan Melonjak 1 Juta
“Kami sangat senang melihat Mastodon tumbuh dan menjadi nama rumah tangga di ruang redaksi di seluruh dunia, dan kami berkomitmen untuk terus meningkatkan perangkat lunak kami untuk menghadapi tantangan baru yang datang dengan pertumbuhan yang cepat dan permintaan yang meningkat,” tulis Rochko, yang dilansir dari CNN.
Pada Selasa (20/12/2022) pagi, aplikasi Mastodon berada di nomor 8 di antara aplikasi jejaring sosial gratis di Google Playstore dan nomor 11 dalam kategori jejaring sosial di App Store.
Meskipun pertumbuhan Mastodon meningkat pesat, Twitter masih jauh lebih besar dengan mencatatkan 238 juta pengguna harian yang dapat dimonetisasi pada Juli.
Twitter telah berusaha untuk membendung beberapa kerugian dengan membatasi penggunanya berbagi tautan dari platform media sosial lainnya. Pekan lalu, platform burung biru diam-diam mulai memblokir tautan ke Mastodon.
Langkah itu kemudian berubah menjadi kebijakan yang eksplisit pada Minggu (18/12/2022), sehingga memicu reaksi keras yang memaksa Musk untuk membatalkan kebijakan tersebut kurang dari 24 jam setelah diumumkan.
Selain mempengaruhi Mastodon, kebijakan baru yang gagal itu juga mencakup media sosial lain seperti Facebook, Instagram, dan Truth Social.
Baca juga: Setelah Elon Musk Akuisisi Twitter, Para Pengguna Pindah ke Mastodon, Apa Itu?
Larangan itu mendorong beberapa pengguna Twitter menuduh Musk mengabaikan komitmennya terhadap kebebasan berbicara. Kebijakan itu juga bertepatan dengan penangguhan akun Twitter beberapa jurnalis.
Dalam postingan blog Mastodon, yang menjadi pernyataan pertama pendiri platform tersebut sejak larangan berbagi tautan di Twitter, Rochko menyoroti kekuatan signifikan Musk sebagai pemilik dan CEO Twitter.
“Ini adalah pengingat yang jelas bahwa platform terpusat dapat memaksakan batasan yang sewenang-wenang dan tidak adil pada apa yang dapat dan tidak dapat Anda katakan sambil menyandera grafik sosial Anda,” tulis Rochko.