Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Pengawasan keamanan siber China terhadap Micron Technology Inc. bisa memangkas 11 persen pendapatan produsen chip memori terbesar Amerika Serikat itu yang berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Namun, ada produsen chip semikonduktor lainnya yang lebih berisiko. Jejak Micron di China, tidak ada artinya jika dibandingkan dengan Qualcomm Inc, yang mendapat 64 persen penjualannya dari China.
Melansir dari Bloomberg, Micron adalah pemasok utama untuk berbagai perusahaan teknologi. Setiap langkah pemerintah China untuk memperluas pengawasannya ke perusahaan AS lainnya dapat memperburuk kesengsaraan rantai pasokan, mengingat banyak perlengkapan elektronik dan komponen lainnya datang melalui pabrik- pabrik China.
"Sementara China mungkin hanya 10,8 persen dari penjualan langsung Micron, mereka menjual ke banyak perusahaan lain," kata analis semikonduktor senior di Bloomberg Intelligence, Paula Penkal.
“Jika China benar-benar menginginkan tindakan kerasnya, itu berpotensi menjangkau portofolio yang lebih luas,” sambungnya.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, produsen chip semikonduktor AS lainnya, Broadcom Inc, yang berbasis di San Jose memperoleh 35 persen penjualannya dari konsumen di China.
Di posisi selanjutnya ada Intel dengan 27 persen, AMD dengan 22 persen, dan Nvidia yang mendapat 21 persen penjualannya dari China.
Sementara Micron berada di posisi buntut dalam daftar Bloomberg mengenai produsen chip semikonduktor yang paling terpengaruh ketegangan Washington dan Beijing.
Baca juga: Pemerintah Jepang Makin Memperketat Ekspor Semikonduktor ke China
Pemerintah AS-Belanda-Jepang sepakat membatasi ekspor peralatan produksi semikonduktor ke China pada Januari lalu. Kesepakatan tersebut terutama menyasar ASML di Belanda dan Nikon beserta Tokyo Electron di Jepang.
Kesepakatan tiga negara itu diperkirakan dapat berdampak buruk pada pasar semikonduktor global.
Bank investasi AS, Goldman Sachs, mengungkapkan bahwa pembatasan ekspor bukan satu-satunya langkah yang dipilih pemerintah AS. Pada tahun lalu, AS mengesahkan undang-undang yang dikenal sebagai CHIPS Act guna memacu produksi semikonduktor domestik.
Baca juga: GM Amankan Pasokan Semikonduktor demi Antisipasi Krisis
Namun, hampir 80 persen semikonduktor global diproduksi di Asia. China menjadi produsen utama untuk semikonduktor berukuran di atas 12 nanometer (nm). Sedangkan Taiwan dan Korea Selatan menjadi pemimpin untuk semikonduktor di bawah 5 nm.
Sementara raksasa semikonduktor AS, masih berupaya mengembangkan semikonduktor skala 7 nm. Semikonduktor paling kecil dan canggih buatan AS saat ini baru sampai di skala 12 nm. Semakin kecil ukurannya, semakin kuat dan canggih semikonduktornya.
Produksi semikonduktor AS selama ini kurang menarik karena biayanya lebih tinggi dibandingkan Asia. Selisih biayanya dapat mencapai 18 persen.
Baca juga: TSMC Lipat Gandakan Investasi Chip Semikonduktor Senilai 40 Miliar Dolar AS di Pabrik Baru Arizona
Dampaknya, porsi AS di pasar semikonduktor global semakin terpangkas. Dari 37 persen pada 1990, pangsa pasar AS tinggal 12 persen pada 2021.
Meski begitu, AS sebenarnya masih memimpin pada segmen mesin pembuat semikonduktor. Perusahaan AS seperti LAM dan Applied Materials, mendominasi pasar alat untuk memasukkan miliaran transistor dan komponen lain dalam satu semikonduktor.
Sedangkan perusahaan AS lainnya, KLA-Tencor, mendominasi pasar perangkat penguji dan pemantau kualitas semikonduktor.