News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tarif Internet di Indonesia Diklaim Masih Termurah di Asia Tenggara

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa SDS Muhammadiyah 3 Jakarta, tengah belajar secara online di rumah di Kawasan Jakarta Pusat, Selasa (31/8/2021). Masyarakat Telematika Indonesia menilai tarif internet di Indonesia sudah termasuk paling murah di dunia, bahkan untuk kawasan Asia Tenggara. Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menilai tarif internet di Indonesia sudah termasuk paling murah di dunia, bahkan untuk di kawasan Asia Tenggara.

"Kenyataannya tarif internet di Indonesia sudah termasuk kelompok (negara) termurah di dunia," kata Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot dikutip Kontan, Selasa 9 Mei 2023.

Dia mengatakan, jika tarif internet dipaksa lebih murah lagi risikonya adalah perusahaan yang menyelenggarakan jaringan internet bisa jadi menjadi tidak sustainable.

"Jika tidak sustainable, maka dampaknya nanti ekspansi jaringan dan peningkatan kualitas jaringan menjadi terganggu," ujarnya.

Dia juga menyatakan, perang tarif di antara penyedia layanan internet (ISP) jaringan tetap pita lebar atau fixed broadband saat ini sudah tidak separah dulu.

Menurutnya, tantangan saat ini adalah masyarakat atau pengguna perlu tahu bahwa tarif internet di Indonesia sudah termasuk yang paling murah dan masyarakat harus diedukasi penggunaan internet harus digunakan untuk hal-hal yang produktif.

Sigit menilai, perang tarif di antara penyedia jaringan internet sudah tidak separah di masa lalu.

Pasalnya, dalam survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2023 terhadap 239 anggotanya, persaingan antara ISP di wilayah operasional terbilang tinggi.

Sebanyak 40,2 persen responden menyebut tingkat persaingan ISP cukup tinggi; 29,7 persen menyebut oersaingan berada di tingkat tinggi; 27,2 persen menyebut tinggi sekali, dan hanya 2,9% yang menganggap persaingan ISP rendah.

Masalahnya adalah persaingan yang terlalu tinggi (21,3%), regulasi dan kebijakan yang kurang mendukung (10,5%).

Sigit menerangkan, kondisi konsumsi penggunaan data internet di Indonesia masih minim. 

Baca juga: Perang Tarif Internet di Industri Seluler Berlanjut, Bagaimana dengan Penyedia Fixed Broadband?

Karenanya, ke depan harus ada perencanaan kira-kira idealnya konsumsi data per kapita di Indonesia itu seberapa.

"Sekarang kondisinya 0,3 wat per kapira yang mana ini termasuk rendah, bahkan untuk ukuran di Asia Tenggara," tambahnya.

Lebih lanjut, Sigit bilang hal ini harus dikoreksi sebab katanya orang Indonesia tinggi untuk penggunaan internetnya, tapi nyatanya penggunaan datanya hanya 0,3 wat per kapita.

Baca juga: Mastel Mendukung Penuh Pemerintah Mengatur Kewajiban Kerja Sama OTT dan Operator Telekomunikasi

"Bisa jadi ini adalah masalah regulasi, ternyata regulasi masih perlu dibenahi. Jadi, nanti ada proyeksi kebutuhan datanya seperti apa harus disediakan seperti apa, iklim usaha harus dibikin sehat dan kondusif, sehingga angka penggunaan data kita meningkat," ungkapnya.

"Tarif internet sudah murah, tapi kok jumlah datanya dibandingkan luar negeri masih sangat rendah," ujarnya.

Artinya, ada ruang untuk perbaikan seperti regulasi harus mendorong supaya industri sehat, sehingga konsumsi data di Indonesia bisa lebih tumbuh lagi.

Sigit menilai persaingan dan peluang usaha jasa internet di Indonesia masih cukup menarik. "Dunia usaha melihat masih ada peluang untuk masuk, pengguna internet juga terus tumbuh," pungasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini