News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masyarakat Indonesia Diprediksi Makin Familiar Pada Web3 dan DeFi di 2030

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Web3 atau Web 3.0 menjadi evolusi teknologi digital yang signifikan dari Web2 atau Web2.0, khususnya dalam hal desentralisasi.

Terakhir tentu jangan mudah menyerah, mungkin sering menghadapi hambatan demi hambatan ketika pertama kali memulai bahkan dapat menemui kegagalan.

"Namun jangan patah semangat dan terus dorong keyakinan Anda bersama tim untuk membangun proyek Web3 dengan inovasi terbaik, karena market Web3 ini masih terbuka lebar dan akan terus tumbuh dengan cepat,” ujar Jeth.

Market value Web3 diprediksi terus melonjak tajam.

Dilansir dari Straits Research, market value Web3 secara global diperkirakan akan mencapai US$52,890 juta pada tahun 2030 dengan tingkat pertumbuhan per tahunnya (CAGR) sebesar 44,8 persen selama periode perkiraan dari 2022 hingga tahun 2030.

Secara spesifik di Asia Tenggara, menurut laporan dari Report Ocean, pasar Web3 Asia Tenggara di tahun 2030 diperkirakan memiliki market value sebesar 6,47 miliar dolar AS pada tahun 2030 dengan CAGR sebesar 50,2 persen.

“Kami berambisi mewujudkan integrasi penuh Indonesia dalam lingkungan Web3 dan berharap setiap individu di Indonesia dapat memiliki akses yang luas terhadap dompet crypto, produk keuangan, serta berbagai produk global lainnya yang berbasis teknologi blockchain dan cryptocurrency. Visi tersebut menjadi fokus kami dan kami bertekad untuk mewujudkannya di masa depan," kata Jeth.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan modal ventura crypto Electric Capital berjudul 2022 “Electric Capital Developer Report” disebutkan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, per Januari 2022 secara bulanan ada lebih dari 22 ribu developer aktif.

Baca juga: Popularitas Industri Web3 di AS Melemah, Turun 26 Persen dalam 5 Tahun Terakhir

Sebenyak 28 persen developer membangun ekosistemnya menggunakan Bitcoin dan Ethereum, sisanya sebanyak 72 persen membangun ekosistemnya di luar dari Bitcoin dan Ethereum, seperti Solana, NEAR, Polygon, Sui, Aptos, Optimism, Arbitrum, dan lain-lain.

Secara spesifik di Asia Tenggara, dilansir dari laporan perusahaan investasi ventura White Star Capital, ada 627 perusahaan kripto atau blockchain yang berkantor pusat di Asia Tenggara.

Sebagian besar pertumbuhan pendanaan modal ventura berasal dari perusahaan rintisan crypto, blockchain, dan web3, yang menarik hampir US$1 miliar dalam pendanaan di tahun 2022.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini