News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Survei Fortinet: AI Mainkan Peran Penting Hadapi Serangan Siber

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mulai dari perangkat Internet of Things (IoT) hingga kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI), berbagai perangkat sudah dirancang akan bisa saling terkoneksi sehingga memudahkanmu dalam beraktivitas.

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fortinet mengungkap hasil survei baru yang dilakukan oleh IDC mengenai Kondisi Operasi Keamanan (State of SecOps) di kawasan Asia-Pasifik. Survei yang dilakukan oleh Fortinet ini memberikan wawasan berharga tentang lanskap SecOps saat ini, dengan menekankan peran Kecerdasan Buatan (AI) dan automasi.

Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia mengatakan, dalam keamanan siber yang terus berkembang, 70,7 persen perusahaan memprioritaskan deteksi ancaman yang lebih cepat melalui automasi. Pentingnya deteksi dan respons cepat sebagai landasan peningkatan postur keamanan siber dengan rata-rata membutuhkan waktu 22 hari 6 jam.

“Satu cyber attack membutuhkan waktu 21 hari, yang terdiri dari 12 jam menahan serangan, kemudian 6 jam untuk medeteksi dan 12 jam untuk remediasi sehingga total 22 hari 6 jam. Dan ini belum termasuk pemulihan," ujarnya dikutip Minggu, 17 Desember 2023.

Baca juga: Habsora, Sistem Kecerdasan Buatan Israel untuk Memilih Target Palestina

Dia mengatakan, pengalaman pelanggan Fortinet mengutamakan urgensi ini, dengan pengurangan transformatif dari rata-rata 21 hari menjadi hanya satu jam untuk deteksi, yang didorong oleh AI dan analisis tingkat lanjut.

"Hal ini menandakan langkah mendasar dalam memperkuat pertahanan keamanan siber, di mana waktu untuk mendeteksi dan merespons adalah hal yang terpenting. Automasi, dalam konteks ini, muncul sebagai kunci utama dalam menghadapi tantangan lanskap ancaman yang dinamis saat ini,” kata dia.

Edwin menambahkan, saat ini semua orang berbicara tentang AI. Fortinet sendiri telah menggunakan AI sejak tiga tahun yang lalu.

“Covid memaksa kita untuk masuk ke dunia digital. Untuk 100 persen hidup di dunia digital itu tidak mudah. Banyak perusahaan saat ini mengimpelentasikan AI utk mentransformasi operasional bisnis," sebutnya.

Survei SecOps memaparkan berbagai temuan antara lain phishing (pengelabuan) dan pencurian identitas adalah ancaman siber yang paling dominan di Indonesia, dengan 50 persen perusahaan menempatkannya sebagai ancaman utama.

Lima ancaman teratas terdiri dari phishing, pencurian identitas, ransomware, DdoS dan DoS, serta serangan berbasis Internet of Things (IoT). Selain itu, insiden ransomware meningkat dua kali lipat di seluruh Indonesia, dengan 62 persen perusahaan melaporkan setidaknya peningkatan 2 kali lipat pada tahun 2023, dibandingkan tahun 2022.

Terdapat 92 persen responden merasa bahwa pekerjaan jarak jauh telah menyebabkan peningkatan insiden ancaman orang dalam. Pelatihan yang tidak memadai, kurangnya kepedulian karyawan, dan komunikasi yang tidak memadai berkontribusi terhadap lonjakan ini, sehingga menekankan perlunya mengatasi faktor manusia dalam keamanan siber.

Baca juga: Kemajuan Kecerdasan Buatan dan Teknologi Buka Peluang Baru Perkaya Pengalaman Belajar Mahasiswa

Sementara itu, hanya 50 persen bisnis di Indonesia yang mendedikasikan sumber daya TI untuk tim keamanan. Pekerjaan hybrid, AI, dan integrasi sistem IT/OT menimbulkan tantangan yang signifikan. Adopsi teknologi awan muncul sebagai tantangan utama, yang berdampak pada kerentanan perusahaan terhadap ancaman siber (cyber threat).

Kurang lebih 2 dari 5 (42 persen) perusahaan yang disurvei di seluruh Indonesia mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai kurangnya perlengkapan dalam membendung ancaman. Lebih dari 50% perusahaan yang disurvei mengalami rata-rata 221 insiden per hari dan 2 dari 5 perusahaan menghadapi lebih dari 500 insiden setiap hari, yang menyebabkan kelelahan karena kewaspadaan.

Dua peringatan teratas yang dihadapi adalah email mencurigakan (phishing) dan deteksi malware atau virus, yang menyoroti pentingnya pelatihan yang ditargetkan mengenai kesadaran phishing. Selain itu, perilaku pengguna yang mencurigakan, penguncian akun, dan beberapa upaya login yang gagal berkontribusi terhadap kelelahan peringatan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini