TRIBUNNEWS.COM - Israel langsung melanjutkan serangannya ke Gaza setelah gencatan senjata sementara berakhir pada Jumat, 1 Desember 2023.
PressTV melaporkan, dalam waktu kurang dari 24 jam, Israel telah membunuh lebih dari 700 warga Palestina.
Tingginya jumlah kematian warga Palestina telah menjadi sorotan.
Bagaimana Israel bisa membunuh begitu banyak warga Palestina dalam sehari dan bagaimana Israel tahu sasarannya?
Informasi mengenai target serangan diduga berasal dari sistem kecerdasan buatan yang disebut Habsora, atau Gospel dalam Bahasa Inggris.
Investigasi yang dilakukan bersama oleh surat kabar Israel-Palestina, +972 Magazine dan publikasi Ibrani Local Call mengungkapkan bahwa:
Baca juga: Habsora, Sistem Kecerdasan Buatan Israel untuk Memilih Target Palestina
“Perluasan otorisasi tentara Israel untuk mengebom sasaran non-militer dan penggunaan sistem kecerdasan buatan untuk menghasilkan lebih banyak sasaran potensial dibandingkan sebelumnya, tampaknya telah berkontribusi pada sifat destruktif tahap awal perang Israel saat ini di Jalur Gaza”.
Investigasi tersebut, dilaporkan didasarkan pada percakapan dengan tujuh anggota aktif dan mantan anggota komunitas intelijen Israel.
Selain itu, digunakan pula kesaksian, data, dan dokumentasi Palestina dari Jalur Gaza, serta pernyataan resmi dari Juru Bicara IDF dan lembaga negara Israel lainnya.
Mantan Kepala Staf IDF, Aviv Kohavi, dalam sebuah wawancara sebelum perang berkata:
"Gospel adalah mesin yang mengumpulkan dan menyusun sejumlah besar data dengan lebih efektif dibandingkan manusia mana pun, dan menerjemahkannya menjadi sasaran serangan."
"Sebagai gambaran, di masa lalu, kami menghasilkan 50 target di Gaza per tahun."
"Sekarang mesin ini menghasilkan 100 target dalam satu hari, dengan 50 persen di antaranya diserang."
Pemboman tanpa pandang bulu Israel terutama ditujukan untuk merugikan masyarakat sipil Palestina, menurut laporan investigasi tersebut.