Kominfo: Industri Media Kian Terdampak Teknologi Artificial Intelegence, Ini Buktinya
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan industri media massa kini mulai terdampak oleh kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau biasa disebut artificial intelligence (AI).
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kominfo, Usman Kansong menjelaskan, kehadiran AI kepada dunia pers negatif maupun positif.
Dampak negatifnya, AI dapat melanggar hak cipta. Usman mengatakan, salah satu contoh kasusnya telah terjadi di Amerika Serikat.
Perusahaan media terkemuka New York Times menggugat Microsoft Corp. dan OpenAI Inc. karena diduga menggunakan kontennya untuk mengembangkan layanan AI.
Microsoft dan OpenAI dituduh mengandalkan sejumlah artikel yang memiliki hak cipta untuk melatih chatbot seperti ChatGPT dan fitur-fitur AI lainnya dan menyebabkan kerugian hukum dan aktual.
"Ada dua pilihan dalam penggunaan AI di media. Pertama, mempersoalkan atau menggugat seperti yang dilakukan oleh New York Times," ungkap Usman dalam Forum Diskusi Media dengan Tema: AI Dan Keberlanjutan Media yang berlangsung di Jakarta, Senin (29/1/2024).
Diketahui, AI secara spesifik dapat digunakan dalam membuat karya jurnalistik atau artikel pemberitaan yang dipublikasikan melalui ruang digital.
Bahkan kini AI dapat digunakan dalam menemukan sudut pandang konstruksi berpikir, meneruskan badan berita, hingga analisis data besar untuk mengidentifikasi tren.
Baca juga: Kalah Telak dari Hamas di Perang Digital, Israel Beli Kecerdasan Buatan Buat Setel Propaganda Medsos
Selain soal hak cipta, AI dalam industri media massa juga dapat berdampak terhadap efisiensi Sumber Daya Manusia (SDM).
AI sendiri sudah terbukti mampu menggantikan peran manusia.
Usman kembali mencontohkan, sebuah perusahaan media di Korea Selatan telah menggantikan peran Presenter televisi dengan AI. Menurutnya, AI terbukti lebih efisien.
"Karena wartawannya AI yang virtual itu kan nggak akan minta penuntutan kenaikan gaji, enggak akan Memprotes bos nya," ucap Usman.
Baca juga: Ancaman Teknologi AI Ganti Karyawan Mulai Nyata, Google PHK Ratusan Staf
"Di Korea Selatan itu, ada 3 presenter yang dipecat dan diganti dengan presenter virtual. Karena yang satu pernah maki-maki saat lagi live, ada yang membully, dan itu diganti oleh AI," sambungnya.
Meski ada sederet dampak negatif, Usman juga mengungkap peran AI tidak menutupi adanya dampak positif.
Yang paling utama penggunaan kecerdasan buatan dalam media masa, dengan penggunaan teknologi yang pesat, dalam periode waktu 3 tahun ke belakang berpengaruh terhadap keberlanjutan media masa, pada umumnya.
Baca juga: Beredar Video Palsu PM Jepang Fumio Kishida, Sang Pembuat Video Akui Gunakan Teknologi AI
Ini dapat terlihat banyak dari perusahaan media massa nasional maupun internasional yang mulai beralih dengan kecerdasan buatan.
Di mana AI mampu dengan mudah membuat artikel jurnalistik yang dipublikasikan.
Meskipun, pada akhirnya memerlukan koreksi terkait kosa kata hingga penulisan sudut pandang berita.
"Saya baru saja membuat Press Release (artikel siaran pers) dengan AI, kita harus beresin itu mulai dari sisi grammar-nya ataupun dari sisi konten, kemudian sudut pandang, dan di situlah peran manusia tetap dibutuhkan dalam penggunaan AI," ungkap Usman
"Dan yang paling penting sekali lagi adalah copyright," pungkasnya.