TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman serangan malware terhadap pengguna seluler dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan signifikan, antara lain akibat ketidaksengajaan pengguna mengunduh malware maupun melalui praktik rekayasa sosial.
Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), hampir separuh dari 400 juta anomali lalu lintas yang terdeteksi sepanjang tahun lalu berasal dari malware. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku kejahatan siber semakin memanfaatkan metode ini untuk merusak sistem keamanan digital.
Salah satu faktor utama di balik meningkatnya ancaman tersebut adalah taktik rekayasa sosial yang kian canggih.
Baca juga: Uang Hilang di Rekening BRI, Ternyata Transaksi Top Up Aplikasi Pihak Ketiga Lewat BRIVA
Berdasarkan survei oleh Appdome, sebanyak 55,3 persen konsumen kini lebih memilih aplikasi seluler dibandingkan platform berbasis web.
Perangkat seluler menjadi target yang semakin rentan terhadap serangan. Selain itu, survei yang sama juga menunjukkan bahwa sebanyak 70,6 persen pengguna seluler telah menjadi korban atau mengenal seseorang yang menjadi korban serangan rekayasa sosial atau penipuan serupa lainnya.
Rekayasa Sosial Sangat Personal dalam Menyasar Korbannya
Serangan yang berbasis rekayasa sosial ini sangat personal dan didukung oleh manipulasi psikologis yang memanfaatkan emosi manusia. Hal ini membuat siapa pun, termasuk mereka yang paham teknologi, bisa menjadi korban.
"Dengan semakin berkembangnya serangan berbasis AI yang canggih, ancaman terhadap pengguna seluler semakin meningkat. Hal ini menuntut langkah proaktif untuk melindungi data sensitif serta pengguna dari potensi bahaya," ungkap Jan Sysmans, Mobile App Security Evangelist, Appdome dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 26 Oktober 2024.
Dalam menghadapi ancaman ini, AI generatif bisa membantu aplikasi seluler melindungi penggunanya. Teknologi Large Language Models (LLM) dan AI generatif memungkinkan penyaringan dan analisis data besar yang tersedia di internet dengan lebih efisien.
Namun, solusi berbasis AI ini memerlukan pemahaman mendalam tentang serangan dan konteks yang relevan, seperti metode serangan, tipe perangkat, serta sistem operasi yang digunakan.
Untuk memberikan perlindungan yang optimal, sistem ini harus didukung oleh agen dinamis yang dapat secara otomatis menghasilkan respons yang tepat dan tepat waktu bagi pengguna, sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah secara instan.
Selain teknologi yang canggih, pengalaman pengguna seluler juga menjadi faktor kunci dalam keamanan aplikasi seluler.
Masih mengacu pada survei terbaru Appdome, 99,5 persen pengguna seluler ingin mendapatkan perlindungan menyeluruh di dalam aplikasi seluler yang mereka gunakan.
Antara lain meliputi keamanan data, integritas akun, perlindungan login, hingga keamanan data dalam perjalanan.
Ada kenaikan 258 persen dalam jumlah responden yang merasa pengembang aplikasi tidak cukup memperhatikan perlindungan tersebut.