CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan kenaikan saham perusahaannya itu didorong oleh melonjaknya permintaan terhadap prosesor grafis (GPU) rakitan Nvidia yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Permintaan chip AI di pusat data mendorong Nvidia untuk membukukan penjualan sebesar 11 miliar dolar AS selama kuartal ini, mengalahkan perkiraan analis sebesar 7,15 miliar dolar AS.
“Flashpoint-nya adalah AI generatif,” kata Huang dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
“Dia benar-benar diperlakukan seperti seorang bintang rock,” kata pengamat teknologi Bob O’Donnell.
CEO Meta, Mark Zuckerberg mengatakan, Huang mirip “Taylor Swift-nya bidang teknologi” ketika menanggapi seorang pengikut media sosial yang tidak mengetahui siapa Huang.
Huang berada di garda depan ledakan teknologi. Kemunculannya bertepatan dengan kehadiran Nvidia sebagai perancang cip AI terkemuka.
Pernah Jadi Tukang Cuci
Selama akhir 1970-an dan awal tahun 1980-an, ia bekerja di Denny's, mulai dari tukang cuci piring hingga akhirnya naik jabatan menjadi pelayan.
Ini ditampilkan profil LinkedIn Jensen Huang, yang memerinci karier awalnya selama 1978 hingga 1983.
Dalam obrolan santai dengan CEO Stripe Patrick Collison, Jensen Huang mengenang berbagai macam pekerjaan yang ia lakukan saat masih muda.
“Orang tua saya tidak kaya tetapi mengajarkan nilai kerja keras,” kata Huang kepada Patrick, dikutip dari The Economic Times, Agustus.
Pekerjaan di Denny's awalnya yang mengajarkan kedisiplinan dan ketahanan, membentuk etos kerja dan gaya kepemimpinannya.
Denny’s menjadi saksi sejarah pembentukan Nvidia bersama dengan Christopher Malachowsky dan Curtis Priem saat berusia 30 tahun.
Penyuka Jaket Kulit
Jensen Huang diketahui mengenakan jaket kulit hitam.
Ia tidak menjelaskan secara spesifik mengapa ia memilih jaket kulit hitam yang telah menjadi ikon, apalagi CEO perusahaan teknologi lainnya dikenal dengan hoodie dan turtleneck hitam.