TRIBUNNEWS.COM - Ikan-ikan di Desa Janti hidup di tengah sumber-sumber mata air jernih yang berlimpah. Salah satunya bahkan menjadi sumber mata air sebuah perusahaan air mineral. Kita bisa mencicipi daging ikan segar. Bisa juga berenang di kolam jernih segar.
Melimpahnya air membuat warga desa yang berlokasi di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini senang membudidayakan ikan air tawar. Keberadaan Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) di sana juga menyedot kedatangan banyak tamu. Situasi ini ditangkap sebagai peluang usaha yang diterjemahkan menjadi rumah makan dan pemancingan.
Pemancingan 01 Karya Mina di Dusun Mangunsuparnan adalah pemancingan pertama yang muncul. Dirintis oleh mendiang Amat Muhadi bersama istrinya, Halinem (90), pada tahun 1982, pemancingan ini menyajikan ikan nila dan lele, baik bakar maupun goreng.
Luangkanlah cukup waktu jika hendak bersantap di sini mengingat ikan baru ditangkap dan dimasak ketika tamu datang dan memesan. Ikan lele dan nila yang disediakan untuk kebutuhan masak dibiarkan berenang-renang di kolam kecil di dekat tempat pembakaran. Sedangkan ikan untuk kebutuhan memancing dilepas di kolam yang berukuran cukup besar di bagian belakang rumah. Di sekeliling kolam dibangun naungan untuk memancing dan makan-makan.
Kebanyakan pemancingan tradisional mengambil lahan menyatu dengan rumah pemilik, baik di bagian belakang maupun samping. Kita bisa mengobrol dengan pemilik layaknya berbincang dengan tetangga. Seiring perkembangan, muncul pemancingan yang lebih modern dengan lahan lebih luas. Pemancingan ini biasanya dilengkapi dengan kolam renang bahkan ada pula luncuran air atau water boom. Airnya berasal dari aliran sumber air.
Tempat-tempat pemancingan ini menggratiskan fasilitas mancing, bahkan pancing dan umpannya pun disediakan. Jika pengunjung berhasil mendapat ikan, barulah ikan tangkapan itu dikenai biaya sesuai timbangannya. Demikian pula dengan fasilitas kolam renang yang digratiskan. Hanya saja untuk water boom, diberlakukan tiket yang harganya terjangkau.
Bumbu meresap
Sebetulnya, menu-menu yang disajikan hampir sama di setiap pemancingan, yakni ikan goreng dan ikan bakar. Beberapa jenis ikan yang ditawarkan adalah lele dan nila dilengkapi dengan lalap.
Anak-anak memancing ikan di kolam pemancingan di Janti, Klaten, Jawa Tengah.
Namun, di Pemancingan 01, bumbu ikan bakarnya meresap hingga ke bagian daging terdalam. Ulekan sereh, jahe, kunyit, bawang putih, dan kecap dilumuri merata pada ikan lantas dibakar. Sebelumnya, ikan diolesi margarin yang dicampur bumbu-bumbu, seperti bawang putih dan garam. Pembakaran ikan cukup memakan waktu karena menggunakan tungku berbahan bakar arang. Ada baiknya kita menunggu matangnya ikan bakar dengan memancing.
Jika rintihan perut sudah tak tertahan lagi, lebih baik mencoba menu ikan goreng karena waktu memasak lebih singkat. Bumbunya kunyit, jahe, dan bawang putih. Pesanan dihitung minimal setengah kilogram ikan.
Halinem menceritakan, air yang melimpah dan bersih membuat didirikannya Balai Benih Ikan yang kini bernama BPBIAT di desa itu. Warga sekitar pun mulai ikut memelihara ikan air tawar dengan membuat kolam-kolam di lahan pekarangan mereka. Ia dan suami juga turut mencoba.
Kesuksesan pemancingan Halinem diikuti dengan munculnya pemancingan-pemancingan lain yang diidentifikasi dengan nomor. Muncullah pemancingan 02, 03, dan seterusnya. Beberapa mengambil nomor yang disukai dan dirasa mudah diingat tamu.
Di gang tempat Pemancingan 01 berada, dulunya hampir setiap rumah di situ membuka pemancingan. Di akhir pekan, kawasan ini disesaki mobil-mobil yang parkir atau melintas. Namun kini, kondisinya sudah menurun. Perkembangan zaman menuntut pemancingan tidak sekadar menjadi tempat memancing, tetapi juga menyediakan fasilitas lainnya, seperti kolam renang bahkan water boom. Akibatnya, banyak pemancingan tutup karena tidak kuat bersaing.
Salah satu yang mampu terus berkembang adalah Pemancingan Lumintu 1001. Di pemancingan ini, menu yang disajikan tidak jauh berbeda, yakni ikan bakar dan ikan goreng, baik lele, nila, maupun gurame, serta ayam sebagai menu tambahan.
Namun, untuk memudahkan pelayanan pengunjung pada jam makan siang, ikan-ikan di sini biasanya sudah digoreng setengah matang. Setelah pesanan datang, baru digoreng lagi. Dengan begitu, tamu tidak perlu menunggu lama.
Fasilitas kolam renang
Pemilik Pemancingan Lumintu 1001, Sri Supadmi, mengungkapkan, rumahnya di Dusun Ngendo dahulu hanya dilalui begitu saja oleh para pengunjung pemancingan yang berlokasi di Dusun Mangunsuparnan. Dia berpikir untuk membuka kolam pemancingan lengkap dengan kolam renang berukuran standar berikut water boom pada 2010.
”Dulu rumah saya hanya kebagian macetnya. Lama-lama saya pikir, masak kami hanya dilewati saja. Akhirnya saya ikut buka pemancingan. Agar lebih ramai, kami membuat kolam renang kecil, cukup untuk main air anak-anak,” kata Sri.
Jadilah sebuah paket lengkap santap dan wisata keluarga. Dapat lezatnya dan terasa pula segarnya. Byurrr.... (Sri Rejeki)