TRIBUNNEWS.COM, KEBUMEN - Suatu malam pada 1967, bencana yang memilukan melanda Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Waduk Sempor, waduk terbesar di daerah itu jebol.
Debit air yang sedang besar-besarnya saat itu lantas langsung menyapu kota kecamatan yang luasnya hanya 39 kilometer persegi tersebut. Korban jiwa pun tidak terhindarkan. Akibatnya, sebanyak 127 nyawa melayang akibat jebolnya waduk yang dibangun pada 1958 itu.
Musibah terjadi karena konstruksi waduk yang terbuat dari tanah tidak mampu membendung debit air Sungai Cincingguling atau Sungai Sempor yang mengalir dari utara di kaki Gunung Serayu Selatan. Begitu wajah lama Waduk Sempor. Waduk maut itu kini sudah dibenah dan menjadi obyek wisata unggulan Kebumen.
Jika kebetulan sedang menuju Yogyakarta atau Solo melalui Kebumen dan Gombong, tidak ada salahnya mampir ke Waduk Sempor. Dikelilingi perbukitan nan asri, Waduk Sempor merupakan lokasi yang pas untuk beristirahat sejenak, melepas lelah setelah perjalanan panjang.
Akhir pekan lalu, Martha Tilaar sempat mengundang sejumlah media termasuk Tribunnews.com untuk berwisata di Waduk Sempor dalam rangkaian acara peresmian Roemah Martha Tilaar di Gombong.
Waduk Sempor berjarak hanya 7 kilometer dari sebelah utara Gombong. Waduk ini adalah destinasi wisata pertama yang dikunjungi rombongan selama berada di Gombong.
Udara sejuk langsung menyambut ketika rombongan tiba. Meski Gombong berada di pesisir pantai selatan Jawa, udara di sekitar waduk terasa sejuk karena lokasinya berada di ketinggian 30 meter di atas laut.
Bus mengantarkan rombongan di area parkir yang berlokasi di perbukitan di tepi waduk. Di sinilah tempat yang pas untuk menikmati pesona Waduk Sempor dari ketinggian.
Sejauh mata memandang, terlihat hamparan perairan yang cukup luas di waduk itu. Plus perbukitan yang masih asri oleh hutan cemara. Rimbunnya pepohonan itu terefleksikan di air waduk yang berwarna hijau.
Erik, pemandu wisata rombongan, tidak dapat memastikan berapa luas waduk.
"Namun, kapasitas penuh waduk bisa mencapai 20 juta meter kubik," katanya. Menengok ke sisi selatan, pengunjung akan mendapatkan bonus pemandangan Gombong.
Tidak seperti dulu, Waduk Sempor yang baru sudah dibendung beton kuat. Pemugaran dilaksanakan tidak lama pasca bencana. Pada 1978, Presiden RI kedua Soeharto meresmikan waduk tersebut.
Belum puas melihat dari ketinggian? Tinggal turuni anak tangga yang tidak jauh dari area parkir. Setelahnya, berjalan sedikit ke arah timur, sampailah di tepian waduk. Di situ, pengunjung bisa mengamati waduk lebih dekat.
Berada di ujung timur, berdiri monumen untuk mengenang korban bencana jebolnya Waduk Sempor.
Bila belum puas juga, mengarungi waduk dengan perahu motor bisa jadi pilihan. Per orangnya dikenakan biaya Rp 10.000. Bisa pula menyewa satu perahu berkapasitas 10 orang seharga Rp 100.000. Perahu akan membawa pengunjung mengelilingi waduk selama 30 menit.
Seperti waduk umumnya, Waduk Sempor juga berfungsi sebagai irigasi sawah penduduk di selatan waduk serta pembangkit listrik tenaga air.
Masyarakat juga memanfaatkan waduk ini sebagai lokasi penangkapan ikan. Jenis ikan yang hidup di Waduk Sempor di antaranya ikan nila merah dan hitam.
Tidak jauh dari waduk, berdiri sejumlah rumah makan yang menawarkan hidangan ikan air tawar yang ditangkap di waduk.
Selain dengan mobil pribadi, Waduk Sempor juga dapat dicapai dengan kendaraan umum berupa angkot ungu trayek Terminal Gombong - Sempor. Ongkosnya Rp 5.000 sekali jalan.
"Cuma agak jarang memang," kata Erik. Namun ojek bisa menjadi pilihan lain.
Selain Waduk Sembor, Gombong dan Kebumen sebetulnya masih memiliki banyak lokasi wisata air. Berada di pertemuan patahan Eurasia dan Indo-Australia, Kebumen memiliki kontur dataran yang unik. Pertemuan itu membuat Kebumen berdataran tinggi sekaligus rendah hingga ke pantai.
Jadi selain di bukit, wisata air juga terdapat di pantai. Pantai Karangbolong, Pantai Ayah, Pantai Suwuk adalah beberapa pantai yang letaknya tidak jauh dari Gombong. (Daniel Ngantung)