Cukup membeli tiket Rp 7.000 (Mei 2015) di lobi lantai pertama, kita bisa menikmati 567 koleksi benda sejarah.
Koleksi-koleksi tersebut berada di lantai dua dan tiga. Dua gapura di pintu masuk museum di lantai dua seolah menjadi gerbang lorong waktu menuju masa-masa jaya kerajaan Islam di Jawa.
Di lantai dua ini kiga bisa melihat miniatur Menara Kudus dan peta persebaran Islam di pulau Jawa.
Ada pula berbagai benda pusaka para penyampai agama Islam dan lukisan tokoh Islam pada periode itu.
Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang
Tak lupa, seperangkat gamelan yang pernah menjadi media Sunan Kalijaga menyebarkan Islam lewat misi budaya.
Puas keliling di lantai dua, kita bisa menuju lantai tiga yang menyimpan koleksi yang lebih menonjolkan profil para santri pada masa itu.
Tiket yang kita beli juga memberi akses kita naik ke lantai 18 dan 19.
Sebenarnya, di lantai 18 dikhususkan sebagai kafetaria.
Namun, saat Tribun Jateng berkunjung Sabtu (23/5/2015), tempat ini kosong.
Menurut pengelola, belum ada lagi pelaku usaha yang mengontrak.
Sementara, di lantai tertinggi bangunan 99 meter tersebut (lantai 19), kita bisa menyaksikan seluruh penjuru kota Semarang.
Disediakan dua teropong untuk menikmati pemandangan itu. Lagi-lagi kami tidak beruntung karena saat berkunjung, keduanya tak bisa digunakan.
Menara Asmaul Husna dibuka pukul 08.00-16.00.
Meski tak menemukan kafetaria di lantai 18, jika kebetulan datang saat jam makakn siang, kita bisa menyantap makanan di kantin di lantai pertama menara.