Laporan Wartawan Tribun Manado, Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM, MINAHASA - Bagi Anda yang baru kali pertama melihat tebing batu ini mungkin berpikir bahwa struktur dindingnya dipahat manusia sehingga tertata sedemikian rupa.
Terdiri dari susunan batu berbentuk kotak, yang ukurannya semakin ke atas bertambah kecil.
Tebing batu yang berada di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, ini sungguh memberi pemandangan menakjubkan.
Masyarakat setempat menyebutnya tebing batu dinding Kilo Tiga Amurang.
Tebing batu ini sungguh memberi pemandangan menakjubkan. (Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Saat bertanya pada masyarakat setempat, siapa gerangan yang telah memahatnya, tawa kecil menjadi jawaban dari pertanyaan tersebut.
Tawa itu memberi sebuah jawaban besar, betapa hebatnya mahakarya sang pencipta. Tak ada sentuhan manusia, alam dengan bebasnya membentuk dirinya.
Tebing batu Kilo Tiga Amurang ini digadang-gadang merupakan tebing yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi kedua di dunia, dengan tingkat kesulitan rata-rata 10.12.
"Tingkat dunia rata-rata 10.15, hanya beda 0.03. Yang mengatakan tebing ini tersulit kedua yakni Bang Teddy Ixdiana, pesohor panjat tebing di Indonesia. Itu waktu dia datang ke sini, dan menggelar Jambore Nasional Vertical Rescue tahun 2012 di sini," ujar Melky Thomas, ketua Komisi Pecinta Alam (KPA) Cliff Hanger, Sabtu (30/5/2015).
Tebing ini terbuat dari batu andesit yang dikenal keras.
Tingginya sekitar 100 meter. Namun jalur pemanjatan tertinggi hanya 30 meter.
Di tebing ini ada 33 jalur yang terdiri dari sembilan jalur panjat dan 24 jalur ekspedisi.
Tebing ini memiliki 33 jalur yang terdiri dari sembilan jalur panjat dan 24 jalur ekspedisi. ( Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Sembilan jalur
Kesembilan jalur itu memiliki nama dan historinya masing-masing.
Pertama jalur Ofu, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan lebah.
Disebut jalur Ofu, karena di jalur tersebut terdapat sarang lebah yang sampai sekarang lebahnya masih bersarang.
Selanjutnya jalur Spider (Laba-laba) yang mempunyai jalur cukup panjang dan yang memanjat terlihat harus berpindah serta melompat seperti laba-laba.
Jalur Hang Dog (bergantung seperti anjing). Saat memanjat di jalur ini, pemanjat harus bergelantungan, seperti gaya anjing.
Jalur Climb or Swim (CoS). Jalur ini berada di atas kolam kecil. Jika pemanjat jatuh, pasti kecebur air. Itulah mengapa disebut jalur CoS.
Ada juga jalur Teri. Nama tersebut diambil dari ikan teri yang saat itu menjadi makanan para surviver saat membuat jalur panjat.
Jalur No Name (tak bernama). Disebut demikian karena jalur ini belum sepenuhnya dibuka hingga ke atas. Tapi sudah bisa dipanjat.
Jalur Tragedi. Jalur ini punya cerita sedih di balik nama itu.
Pada tahun 2000, empat pemanjat tewas di lokasi tersebut. Saat berkemah, luapan sungai Ranoyapo tiba-tiba menenggelamkan dan menyeret mereka.
Para korban merupakan mahasiswa asal Politeknik Manado dan satu orang dari Solo, yang hingga kini, jasadnya tak pernah ditemukan.
Dua jalur tersulit yang pernah dibuat adalah jalur Ratapan dan Malaria. Jalur Malaria ada karena saat pembuatan, pembuatnya terkena penyakit malaria, yang juga dialami warga setempat saat itu.
Sedangkan jalur ratapan, pemanjat harus berusaha sekuat tenaga untuk menaklukannya, seperti orang meratap karena tidak mampu.
Tebing batu Kilo Tiga Amurang ini sering didatangi para pemanjat tiap akhir pekannya, baik dari Sulut sendiri, luar Sulut, bahkan luar negeri.
Tak hanya para pemanjat, pengunjung yang hanya sekadar berfoto-foto ria, juga tak kalah ramainya.
Kalau hanya sekadar foto-foto, keeksotikan tebing batu ini menghasilkan foto yang memukau.
Bagi Anda yang ingin berkemah di lokasi juga bisa.
Seorang pendaki bersiap mencoba menaklukkan tebing batu Kilo Tiga Amurang. ( Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Tempat ini memang sering dijadikan tempat camping, karena lokasinya yang strategis, dekat sungai.
Juga sudah dibangun dua shelter dan toilet. Bahkan Jamnas Vertical Rescue tahun 2012 digelar di situ.
Di tempat ini juga beberapa kali didatangi artis nasional, yang datang dengan tim di acara program televisi seperti Jejak petualang, Lets Go ANTV, My Trip My Adventure, Para Petualang Cantil, Bolang serta On The Spot.
Lokasi ini tak sulit dijangkau, hanya berjarak satu kilometer dari pemukiman warga, Desa Kilometer, Kecamatan Amurang. Dari pemukiman, pengunjung harus jalan kaki menyusuri jalan naik turun.
Dari Kota Manado, butuh waktu berkendara selama 1.5 jam hingga pusat kota.
Untuk ke Desa Kilometer Tiga, butuh waktu sekitar 15 menit berkendara dari pusat kota.
Untuk yang naik transportasi umum, dari terminal Malalayang Manado naik bus jurusan Amurang. Di terminal Amurang, naik ojek ke desa.
Akses jalannya bagus, karena melewati jalan trans Sulawesi menuju arah Selatan.
Warga setempat sangat menghormati keberadaan orang asing yang sedang berwisata ke tebing ini.
Penginapan-penginapan di pusat kota Amurang juga tersedia. Harga tiap kamarnya ada di kisaran Rp 200 - 400 ribu per malam.
Yang ingin menikmati indahnya tebing ini, serta ingin merasakan pengalaman memanjat, bisa hubungi nomor 081356679783 (Melky) dan 082191597919 (Sanly), dari KPA Cliff Hanger.
Berwisata ke tebing batu dinding Kilo Tiga Amurang ini akan memberi pengalaman menakjubkan dengan alam.
Sulawesi Utara tak hanya punya potensi bahari yang mendunia, sempat diri juga mampir ke tebing nan eksotik ini.