Laporan Reporter Bangka Pos, Alza Munzi
TRIBUNNEWS.COM, TOBOALI - Menyimpan banyak misteri sejarah, Benteng Toboali di Bangka Selatan, masih punya potensi sebagai destinasi wisata sejarah. Sayang, kurang terawat dan kurang promosi.
Angin pantai menyentuh kulit saat pertama kali menginjakkan kaki di kawasan Benteng Toboali Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Jejak wisata yang tepat berada di ujung Kota Toboali ini memang kurang terawat. Tangan-tangan usil dan keadaan alam yang membuat sebagian dinding benteng peninggalan penjajahan Belanda ini terlihat kusam.
Anggap saja dimakan usia, benteng yang menjadi saksi sejarah penjajahan Belanda itu semakin menua.
Mengunjungi benteng ini, seperti layaknya belajar sejarah.
Wisatawan sedang mengamati rudal bekas zaman kolonial Belanda di komplek Benteng Toboali di Kabupaten Bangka Selatan provinsi Bangka Belitung. Saksi sejarah yang tidak terawat (Bangka Pos/ Alza Munzi)
Banyak sisi-sisi menarik, yang tidak banyak diketahui orang. Benteng ini terletak lebih tinggi dari Kota Toboali.
Di dalamnya, menyimpan sejuta sejarah bagi kabupaten yang telah terbentuk sejak 10 tahun lalu itu.
Mengendarai sepeda motor atau mobil, benteng ini dapat ditempuh selama 2,5 jam dari Kota Pangkalpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Babel.
Atau jika diukur, jaraknya sekitar 127 km. Tiba di sana wisatawan dapat menikmati keindahan hamparan pasir pantai dari atas Benteng Toboali.
Gratis
Wisatawan tidak perlu membayar untuk memasuki Benteng Toboali yang letaknya tepat berada di belakang kawasan Polsek Toboali.
Benteng yang dibangun pada tahun 1825, berdiri di atas sebuah bukit kecil di bibir Pantai Toboali dan memiliki tinggi sekitar 18 meter dari permukaan laut.
Saat menginjakkan kaki pertama kali di pintu masuknya, wisatawan disuguhkan beberapa anak tangga dan disambut sebuah benda berbentuk rudal yang berdiri ke arah langit tepat di sisi kanan benteng.