“Di area Jaba Tandeng ini juga dulunya dipergunakan sebagai ruang tamu raja. Sementara sekarang untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan,” ujar pria yang akrab disapa Turah Manu ini.
Kemudian, memasuki area Saren (tempat tinggal) Agung.
Untuk Saren Agung ini, dibagi menjadi enam saren.
Antara lain, Saren Room, Saren Dauh, Gedong, Saren Dangin, Saren Kelod, dan Saren Pemiosan khusus bagi pendeta.
Selain keempat area tadi, ada juga Suci, tempat persiapan sarana dan prasarana untuk upacara keagamaan.
Rekam jejak yang menjadi bagian dari sejarah Puri Jro Kuta pun masih tampak hingga saat ini. (Tribun Bali/Cisilia)
Terbagi menjadi empat bagian, Suci ini terdiri dari area Puaregan atau dapur, Bale Kembar, Gedong dan Bale Penetegan.
Sementara itu, tempat dilakukannya persembahyangan disebut Merajan Agung.
Ini merupakan area khusus yang tidak bisa dimasuki secara sembarang oleh para wisatawan, karena di sinilah tempat sakral untuk melakukan persembahyangan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta para leluhur.
“Khusus untuk area sini, para wisatawan tidak boleh masuk. Hanya bisa melihat-lihat sebatas area Suci saja,” tambah Turah Manu.
Masih sepi
Hingga saat ini, Puri Jro Kuta masih tergolong sepi dari para wisatawan.
Turah Manu mengharapkan dengan adanya program city tour tersebut, akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke sini.
“Dulu, cukup banyak wisatawan datang ke sini, tapi sekarang ini sepi. Semoga ke depannya akan banyak yang datang ke sini,” paparnya.