News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

kuliner

Ingin Cicipi Kuliner Tionghoa yang Mulai Langka? Datanglah ke Pasar Lama Tangerang

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laksa Benteng, makanan ini hanya bisa Anda dapatkan di Pasar Lama Tangerang.

TRIBUNNEWS.COM - Pengunjung yang hadir di Pasar Lama Tangerang, Banten, bisa merasakan kultur Tionghoa Benteng yang kental.

Jejak pecinan yang kuat di pasar tradisional yang merupakan cikal bakal Kota tangerang ini terlihat dari sejumlah bangunan bergaya Tionghoa keturunan, Museum Benteng Heritage, dan Klenteng Boen Tek Bio yang berdiri tahun 1684 silam.

Nah, sebagai pelengkap yang sempurna, pasar yang terletak di persimpangan Jalan Bhakti dan Cilame ini adalah surga kuliner.


Kawasan ini merupakan surga kuliner bagi para pemburu makanan. (kompas.com)

Di pasar lama banyak penjual makanan yang layak Anda jajal untuk memanjakan perut dan lidah, mulai dari daging babi asap, otak-otak ikan tengiri, es cincau, kue doko, opak bakar, hingga kuliner legendaris seperti Laksa Benteng, Asinan Lan Jin, serta Es Buntin.

Untuk menikmati aneka makanan minuman itu, Anda cukup berjalan kaki sekitar lima menit dari Stasiun tangerang.

Salah satu menu yang legendaris di sana adalah laksa benteng.

Untuk menikmati laksa khas tangerang yang satu ini, Anda mesti meluangkan waktu berkunjung ke pasar lama lebih pagi.

Soalnya, Sitar, si penjual laksa, punya jam operasi yang singkat. Buka hanya dari jam 8 pagi sampai 12 siang.

Khusus di akhir pekan, Laksa Benteng langsung ludes tak bersisa dalam hitungan dua jam.

Bang Kumis, begitu Sitar biasa dipanggil, gampang dikenali. Gerobak Laksa Benteng miliknya selalu parkir di depan Klenteng Boen Tek Bio.

Di atas gerobak berkelir merah itu terdapat bakul yang berisi laksa, piring, sendok, dan sepanci besar kuah sayur yang masih panas.

Karena pelanggan jajanan yang satu ini lebih sering membeli untuk dibawa pulang, Sitar tidak menyediakan bangku, apalagi meja.

Meski hanya makan ala koboi di bibir jalan pasar, nikmatnya menyeruput kuah laksa yang kental dijamin tak berkurang sedikitpun.

Selain laksa benteng, tempat jajanan lain yang kerap diburu pengunjung adalah Asinan Lan Jin.

Kedai ini umurnya jauh lebih tua dari Laksa Benteng.

Lan Jin, sang pemilik, sudah menjajakan asinan keliling pasar lama sejak 1979 silam.

Tidak mengherankan, pelanggannya turun- temurun. Ketenaran Asinan Lan Jin terdengar hingga ke kota-kota di sekitar tangerang.

Kini, pengunjung Asinan Lan Jin tidak perlu repot mencari-cari gerobak yang dulu selalu didorong perempuan 62 tahun ini.

Cukup datangi saja kedai yang ada di beranda rumahnya, yang posisinya tak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio.

Jika berencana untuk pelesiran kuliner di pasar lama, taruh Asinan Lan Jin pada bagian akhir perjalanan.

Soalnya, kedai ini buka hingga jam enam sore.

Selain itu, Anda tidak bisa menyantap di tempat karena Lan Jin tidak menyediakan peralatan makan. Anda bisa pilih dua bumbu: kacang atau cuka.

Tapi, yang paling laku bumbu cuka. Ini jadi pembeda dengan asinan betawi, katanya.

Isi asinannya terdiri dari potongan tahu kuning, timun, tauge, wortel, sawi, lobak, sayur asin, dan kacang goreng.

Anda juga dibekali dua plastik kecil berisi bumbu cuka dan sambal cair.

Kalau ingin lebih ramai, ambil seplastik kerupuk kuning yang tergantung di gerobak. Sensasi segar langsung timbul ketika sesendok asinan mendarat di mulut.

Bumbu cuka yang asam, manis, dan pedas meruapkan aroma terasi saat meluncur di mulut.

Sayur mayur asinan buatan Lan Jin juga segar. Tak heran, aroma sayur yang wangi langsung memenuhi tenggorokan begitu dikunyah.

Untuk merasakan kerenyahan dan kesegaran asinan khas Tionghoa Benteng ini, Anda cukup merogoh kocek Rp 15.000 per porsi.

Kalau ingin tambah kerupuk, harganya Rp 9.000 satu plastik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini