Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, BULUNGAN - Sebuah komplek Kesultanan Bulungan di Tanjung Palas Tengah, Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara), menjadi saksi bisu kejayaan Kesultanan Bulungan (1731-1964) yang pernah menguasai beberapa daerah itu, termasuk Tawau Malaysia.
Tak jauh dari lokasi tersebut terdapat sebuah masjid tua yang menjadi simbol Tanjung Palas yang religius. Yakni Masjid Jami Sultan Muhammad Kasimuddin.
Masjid peninggalan Kesultanan Bulungan dibangun di atas lahan kurang lebih seluas 3.500 hektare pada masa pemerintahan Datu Belembung yang bergelar Sultan Kasimuddin (1900-1925).
Sultan Kasimuddin merupakan sultan ke-9 di Pemerintahan Kesultanan Bulungan.
Saat menyambangi masjid yang diperkirakan dibangun pada 1901, sangat terasa aura arsitktur yang kental sejarah.
Masjid Kasimuddin di Tanjung Palas Tengah, Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara). (Tribun Kaltim/Muhammad Arfan)
Di bagian dalam masjid yang berbentuk persegi 16x16 meter ini memiliki sebanyak 16 buah pilar dari kayu nibung (sejenis kayu ulin), yang menjulang dari lantai ke langit-langit.
Dari 16 pilar tersebut, empat di antaranya tampak lebih tinggi dan menopang bagian dudukan kubah masjid yang tepat berada di tengah-tengah bangunan.
Konon, pilar-pilar tersebut merupakan sumbangan dari 16 daerah di wilayah kekuasaan Kesultanan Bulungan tempo dulu, di antaranya Pimping, Sekatak, Salimbatu, dan Mara.
“Dulu itu semacam desa-lah sekarang. Jadi ada 16 desa itu menyumbang kayu untuk tiang masjid,” ujarnya saat disambangi di kediamannya di Jalan Kasimuddin, RT 1 Kelurahan Tanjung Palas Tengah, Rabu (17/6/2015).
Masjid yang bisa menampung sekitar 600 jemaah ini mempunyai sedikitnya 11 pintu masuk.
Pintu masuk Masjid Kasimuddin di Tanjung Palas Tengah, Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara). (Tribun Kaltim/Muhammad Arfan)
Tiga sisi masjid masing-masing dilengkapi tiga pintu, di sisi kiblat terdapat dua pintu yang diperantarai tempat imam dan mimbar khotib.
Kata Ibrahim, Masjid Jami Sultan Muhamad Kasimuddin dulu hanya berlantai kayu.
Barulah saat Sultan Kasimuddin memimpin Kesultan Bulungan, kayu tersebut diganti dengan ubin.