Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rika Irawati
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Udara dingin menusuk tulang begitu kaki menginjak kawasan Candi Gedongsongo di kala pagi hari.
Bahkan, sekitar pukul 08.00, kabut masih menyelimuti kompleks candi di lereng Gunung Ungaran ini.
Jarak pandang yang terbatas membuat pengunjung tak leluasa melihat keindahan alam maupun keelokan candi.
Butuh waktu satu setengah jam menunggu kabut berarak meninggalkan kawasan wisata di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang ini.
Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)
Keindahan alam dan candi yang mulai terlihat dari kejauhan mengundang rasa penasaran siapa saja untuk mendekat.
Gedongsongo berasal dari Bahasa Jawa, gedong berarti rumah atau bangunan dan songo yang berarti sembilan.
Atau, secara keseluruhan, Candi Gedongsongo merupakan candi yang memiliki sembilan kelompok bangunan.
Ada lima kelompok bangunan. Yakni, Candi Gedong I yang memiliki satu candi, Candi Gedong II terdiri dari satu candi, Candi Gedong III memiliki tiga candi di mana satu di antaranya hanya berupa pondasi, Candi Gedong IV terdiri dari tiga kelompok candi. Satu di antara tiga candi ini terdiri dari satu candi induk dan delapan perwara (candi yang mengelilingi candi induk).
Sementara, di Candi Gedong V, ada satu candi induk dan lima pewara.
"Candi ini menunjukkan percampuran India dan Indonesia. Namun, berdasarkan bentuk dan relief yang ada, kepercayaan di Gedongsongo berwujud kepercayaan pada Parswadewata. zaman dulu, Parswadewata ditafsirkan sebagai persembahan kepada roh nenek moyang yang telah bersatu," ujar Ngatimin, juru pelihara Gedongsongo dari Balai Pelestarian cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah (Jateng).
Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)
Kelima kelompok candi itu tersebar dalam lintasan sepanjang 1,5 kilometer. Menilik satu per satu candi bisa ditempuh berjalan kaki atau menyewa kuda.
Perjalanan pun semakin menyenangkan lantaran pemandangan hijau hutan pinus yang mengelilingi kompleks candi.