Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Pakkat mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan Kota Medan maupun di rumah makan. Seperti di Simpang Aksara, Jalan Suka Ramai, Jalan Denai, bawah tol dan di beberapa titik lokasi lainnya.
Bagi wisatawan luar kota atau luar negeri bisa dibuat pangling, lantaran tak banyak yang menyangka kalau pucuk rotan ternyata bisa dimakan.
Tekstur paling pucuk malah lembut dan mudah dikunyah.
Rasa pahit, layaknya lalapan pada umumnya dirasa pas di lidah dan menambah selera makan.
Uniknya, pakkat tidak membuat bau mulut atau membuat lidah kelat, seperti saat melahap lalapan jengkol, petai, dan daun pepaya.
Menu lalapan ini juga dikenal kegemaran dan lalapan khas warga suku Batak Angkola dan Mandailing.
Tapi kini sudah berkembang pesat, semua suku di Sumatera Utara mau mencoba dan kini juga menyukainya.
Adin penjual, menuturkan, memiliki pelanggan bukan hanya dari kalangan Batak dan Mandailing, tapi juga Jawa dan Padang.
Menurutnya, semua suku sudah menggemari lalapan ini.
Disinggung jenis rotan yang bisa menjadi lalapan memiliki ciri apa?
Adin pun menjelaskan tidak sembarangan pucuk rotan bisa dimakan.
Biasanya, pucuk rotan yang diambil harus yang muda.
Batang-batang rotan muda ini tidak mudah untuk didapatkan.