Namun saat ini keberadaan para pedagang kaki limanya sudah direlokasikan ke Pusat Grosir Senen Jaya Lantai 4, Jakarta Pusat.
Tak pelak, efek kepindahan para pedagang ini menurunkan omzet penjualan dibanding ketika berjualan di Jalan Kwitang Raya.
Seorang pedagang buku, Rita (48) mengaku sudah berdagang selama tujuh tahun tepatnya pada 2008.
Wanita asal Pariaman, Padang, Sumatera Barat itu mengalami kemerosotan penjualan yang amat drastis.
"Kadang sehari bisa laku 10 buku saja sudah bersyukur, selama pindah ke Senen keuntungannya tidak bisa diprediksi kebanyakan buntung," ujar Rita kepada Tribun Travel, Senin (22/6/2015).
Kios bernama Sumber Buku Murah eks Kwitang ini menjual buku kuliah, motivasi, akutansi, ekonomi, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, taman kanak-kanak, ensklopedia, sejarah, komik-komik, yasin, dan lain-lain.
Harga buku yang dibanderol tergolong variatif mulai dari Rp 5.000 (buku taman kanak-kanak) hingga Rp 250.000 (buku kedokteran).
Tidak usah khawatir, Senen Jaya buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Lebih Ekonomis
Mahasiswi Universitas Bunda Mulia (UBM), Fakultas Ekonomi, Jurusan Akutansi, Sepviana (22) masih setia membeli buku di Senen Jaya (Kwitang). Menurutnya harganya lebih ekonomis.
Pasar Buku Kwitang. (Tribunnews/Reynas Abdila)
"Sejak kuliah saya selalu membeli buku di Kwitang ketimbang di toko-toko buku besar, sebab harganya jauh lebih murah, maklum namanya juga buku bekas," kata Sepviana.
Menurutnya, Kwitang harus tetap ada karena membantu mahasiswa yang hendak membeli buku guna keperluan kuliah.
Selain itu, ia pun meminta agar Senen Jaya dipasangkan Air Conditioner (AC) agar pembelinya lebih banyak dan nyaman.
"Kalau lebih nyaman misalnya dipasang AC pasti lebih ramai yang datang," ujarnya.