TRIBUNNEWS.COM - Ceritanya pergilah sekeluarga dan handai taulan serta kerabat Ngeropah. Saya yang orang aneh dulunya suka sekali tinggal di hotel tapi sekarang senang di apartemen saja, karena ingin memberikan pengalaman hidup sehari-hari kepada anak-anak, bagaimana orang lokal di tempat yang didatangi itu hidup sehari-harinya.
Saya browsing internet dan akhirnya mendapatkan apartemen yang sesuai dan menyewanya dari sebuah booking agent jauh hari sebelum berangkat. Setelah dibayar memakai credit card, maka booking agent online itu memberikan nomor telepon dan alamat pemilik apartemen yang akan disewa.
Beberapa kali saya telah menghubungi pemilik apartemen dan nanya di mana mau ambil kuncinya karena nanti kami datangnya malam. Katanya tenang saja, ada restoran pizza di sebelah apartemennya, ambil saja di sana kuncinya. Agar saya lebih yakin, dikirimkannya pula foto restoran tempat dia titip kunci itu.
Maka hujan-hujan hampir jam 9 malam pergilah kami ke restoran pizza tempat katanya kunci dititip. Ternyata gak ada kunci itu. Dari kakek sampai cucu yang punya restoran itu gak ada yang tahu-menahu soal kunci itu. Ditelpon gak bisa lagi tu yang punya. Hape saya tidak jalan, pulsa gak ada habis di-roamingin apa kenapa tauk.
Kami semua kalang kabut, bari ditolongin dan ditenangin sama anak angkat kakak saya yang orang Belanda yang menjemput kami di airport tadinya, Roel dan kakak perempuannya Nadine yang terus berusaha menelpon pemilik apartemen dan mencoba pula mem-booking hotel saja untuk kami karena suami saya sudah mesem-mesem ke saya. Cuma mau nabok malu kali banyak orang wkwkwkkw.
Akhirnya dapat sambungan wifi dari hapenya si Roel itu, maka baru saya dapatkan pesan whatsapp dari pemilik kira-kira sejam lebih kemudian, yang bilang, kuncinya gak di situ, tapi di toko rokok yang buka sampai jam 2 malam, makanya dititipkan di situ kalau-kalau kami kemalaman. Lah ni orang dah tau whatsapp cuma bisa kalau ada internet, SMS kek biar bisa keterima di mana aja….
Maka dapatlah kami kuncinya itu dan masuk ke apartemen yang ternyata bagus sekali tapi penuh baju cucian bergelantungan. Maka saya nanya lagi ma yang punya, lah ini baru disewain ya, koq cuciannya banyak bener kayak orang abis kebanjiran. Kata yang punya dia sendiri yang tinggal di situ.
Kebetulan dia hari itu brangkat liburan jadi gak sempet rapi-rapikan. Sampai di sini suami saya sudah hilang sabar sama saya, katanya saya ini mau jadikan kita semua kelinci percobaan, biasa nginep di hotel diajak ke apartemen gak karuan.
Sebenarnya apartemen itu bagus sekali, hanya cuciannya seperti rumah maling jemuran itu saja…. Tapi kemudian kami tinggal di sana senang sekali karena di tengah kota dan strategis sekali lokasinya dan peralatan rumahnya lengkap semua, nah akhirnya lancar juga yang satu ini.
Karena tadinya hanya mau seminggu di Amsterdam tapi pingin nambah, kami akan ke Wina dulu seminggu dan kemudian kembali ke Amsterdam, maka perlu apartemen lain lagi karena yang ini gak bisa disewa lagi yang punya mau pake sendiri.
Waktu saya dan Suami pergi makan malam di sebuah hotel di dekat sungai Amstel Amsterdam, beliau ngotot mau booking hotel itu saja berapa kamar kek katanya peduli amat gak mau stress, tapi saya ngotot tidak mau, karena saya ingin memberikan pengalaman hidup seperti masyarakat lokal, pergi ke supermarket, masak, buang sampah, membersihkan rumah, nyuci baju, nyuci piring, bebersih, sebagaimana orang hidup di sana.
Suami saya akhirnya setuju sewa apartemen lagi, tapi katanya awas kalau bermasalah lagi. Saya bilang iya. Besoknya suami saya terbang ke London menjemput anak tertua kami yang nanti akan bergabung di Wina. Nah saya booking lagi ini apartemen di Amsterdam melalui agent booking ternama di internet.
Saya berikan nomor kartu kredit saya dan confirm katanya. Karena penasaran, maka saya datangin alamat apartemen itu karena sewanya yang hampir sama dengan beberapa kamar hotel bintang lima di sana. Saya pikir mustinya bagus donk kayak gambar dalemnya di internet.
Saya jalan pagi-pagi ke sana sendiri dan ketemu alamatnya. Eh ternyata bukannya apartemen malah restaurant India tempat itu. Saya panik langsung menelepon agent booking dan mereka bilang ini listing baru belum ada review dan belum pernah ada yang pesen, mereka dapat listing-nya dari booking agent lain lagi.
Lah apa gak diselidikin dulu ya ada apa enggak itu apartemennya sebelum di approve listingnya boleh tayang, kalau gak ada ternyata palsu gimana?
Mereka melayani dengan baik dan akan cari tahu katanya dari booking agent yang naruh listing itu di website mereka. Sementara itu saya telpon bank saya di Jakarta agar memblokir kartu kredit saya yang tadi saya masukan di booking itu, takut di-charge nanti uangnya sementara akomodasinya palsu.
Tak ada kabar hari itu, malah saya dapat email yang katanya dari apartemen yang saya booking itu, harus isi data-data lengkap no passport, alamat email, passwordnya, alamat tagihan kartu kredit dan banyak sekali data yang harus diisi yang tidak lumrah ditanyakan oleh sebuah agent booking.
Maka saya telpon lagi ke agent booking saya mengatakan ini apartemennya menghubungi saya dan memaksa saya mengisi data-data kalau tidak maka booking saya akan dibatalkan dalam waktu beberapa jam. Saya pikir asem ni orang buaya mau dikadalin, sabar-sabar saja saya bilang sama agent booking-nya agar diselesaikan masalah ini.
Akhirnya dapat menelpon agent apartemen yang katanya minta data-data saya itu, maka saya langsung berbicara dengan mereka dan tanya di mana kantornya saya mau datangi langsung dan saya akan bayar cash ke mereka, susah payah mereka beri alamat dan saya datangi kantornya di Amsterdam.
Saya bilang praktek yang tak lazim menanyakan data-data itu dan ngoceh-ngocehlah saya di sana alamat apartemen yang mereka iklankan itu restaurant India bukan apartemen, saya sudah ke sana. Mereka akhirnya memberi alamat lain katanya bukan restaurant India itu tapi dekat situ dan bilang bayar 1 malam saja dulu, nanti waktu check in ambil kuncinya di kantor mereka ini dan baru bayar penuh sisanya.
Saya setuju tapi besoknya masih dikirimin email yang bilang reservasi batal karena saya gak bayar, saya telpon sampai dapat ni kantornya dan saya semprot bari lupa kalau puasa… akhirnya mereka bilang iya mereka yang salah dan reservasi saya tetap berjalan, kunci akan diberikan pada saat check in, lah kayak drama mapia aja ni bookingan susa bener, sampe saya bilang, kagak bener gw tuntut loe ya…..
Nah belom kapok juga, hari ini terbang ke Wina, suami saya terbang ke London menjemput anak saya yang kuliah di sana agar nanti bergabung dengan kami di Wina. Ini sewa apartemen juga ceritanya sudah saya booking jauh-jauh hari. Ini gak ribet, nyampenya siang, kuncinya ditaruh di box sebelah pintu, masuk make kunci, naik tangga jauh baru ada lift, liftnya pake kunci lagi, muatnya cuma kucing 2 ekor kayaknya, belum pernah liat saya lift sekecil gitu, kurcaci kali penumpangnya, masuk koper kami satu-satu, orangnya jalan aja lewat tangga.
Sudah itu nomor yang dicari gak ada, lantainya sudah bener, ternyata di belakang pintu besi, pintu besinya gak bisa dibuka kuncinya gak masuk, akhirnya dikoprek-koprek kebuka, terus ada lagi pintu apartemennya, make kunci lagi, kami mulai mikir, ini apartemen apa safe deposit sih banyak amat kuncinya, katanya daerah elit, ngapa kayak mau dirampok gitu penjagaannya ya……
Jadi sodara-sodara, saya bilangin ya kalau mau bookingakomodasi apa-apa online inget:
-Lebih baik booking hotel yang sudah ada nama, kalau memakai agent booking online, setelah booking langsung coba telpon hotelnya, sudah tercatatkah reservasi Anda.
-Kalau katanya selalu lebih murah memakai agent booking online, sebenarnya tidak juga, karena kadang-kadang mempunyai kebijaksanaan bahwa booking langsung melalui website merekalah yang termurah ada jaminannya.
-Jangan nekat coba-coba seperti saya kalau tidak mau stress, jangan booking apartemen di tempat yang kita tidak tau sama sekali. Saya sih suka nekad tapi sekarang kapok kalau bawa anak-anak kasihan mereka jadi bisa luntang-lantung gak pasti nunggu akomodasi yang udah dibayar tapi gak jelas keberadaannya.
Sayanya juga kasihan, kalau sampai dikeruk suami gegara ginian kan bisa benjol wkwkwkkw.
-Jangan sembarang saja member kartu kredit kita, periksa dulu term and condition booking-an kita, ada yang langsung memotong uangnya, ada yang nunngu seminggu sebelum check in dan ada pula yang bayar waktu check in, semuanya berbeda, harus baca dulu sebelum click “book”.
-Kalau gak mudheng atau cepet stress kalau ke luar negeri udah ikut tur aja, tapi jangan ngabur kayak turis kita yang ke Turki kemaren wkwkwk.
-Paling safe ya di hotel saja stay-nya, yang ada receptionisnya, jadi gak keleleran nyari kunci, ada yang lebih safe lagi, tinggal ma sodara atau sobat kita, ya gak, tapi ya kalau rombongan ya gak bisa juga, di negara-negara Eropa gini jarang yang bisa nampung rombongan mah, kecuali mau make tenda di halaman rumah….
-Kalau bawa anak-anak yang sabar ya…..bikin jadwal yang jelas, kalau saya biasanya berjadwal jelas, Cuma sekali ini gak tau kenapa gak jelas jadwalnya, soalnya peginya iseng setengah hati, karena pada dasarnya kadung dah di-booking aja perjalanan ini, karena sebenarnya, kami sekeluarga terus terang lebih nyaman berpuasa di Tanah Air. Ya di antaranya karena kemaren tgl. 22 Juni kami mengalami puasa di hari terpanjang di musim panas, 18 jam, buka ma saur kayak disatuin gitu… kejer dah wkwkkw.
Tar deh diceritain kejernya gimana wkwkwkkw.
Pokoke hati-hati kalau booking-booking dan bayar di internet, bisa-bisa tuh yang di-booking tempatnya gak ada, boongan doang. Alhamdulllilah kami tak tertipu walaupun jalannya berliku-liku sambil tarik urat segala ma orang bule sekantor booking agent itu di Amsterdam, saya sampe bilang, gw tuntut loe, rang Indonesia dilawan wkwkwkkw.
Selamat berpuasa saudara dan saudariku sesama Muslim, berbahagialah puasa bersama keluarga sahabat dan handai taulan di Tanah Air, percayalah, beruntunglah kita berpuasa di Indonesia…
Salam kangen sambel goreng ati bari mohon maap gak bisa ngaplod poto, masi error yak? wkwkkw……
(Kompasiana.com/ Ifani)