Menurut catatan Ibnu Batutah dan Marcopolo seperti yang dituturkan oleh penjaga makam, Ahmad Yus, Islam masuk pada abad ke-13 melalui Peureulak, Aceh Timur (dulu bernama Pantai Tua).
Saat itu Pantai Tua merupakan kerajaan Hindu sehingga rajanya tidak bisa membaca Alquran.
Makam Malikussaleh, di Kampung Beuringin, Kecamatan Samudera, Aceh Utara atau sekitar 17 kilometer sebelah timur kota Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Sementara utusan dari Arab yang berjumlah lebih dari 300 orang dan menggunakan bahtera (kapal layar) mencari sosok yang bisa membaca Alquran guna menyebarkan agama.
Saat itu sepeninggal Nabi Muhammad Saw, di tanah Arab Islam sedang terdesak.
Maka sampailah utusan tersebut ke Pantai Samudera dan menjadi perjalanan terakhir karena di situlah satu-satunya raja yang bisa membaca Alquran.
Raja Kerajaan Samudera Pase yang mulanya bernama Meurah Silu pun akhirnya bergelar Malikkussaleh (Malik yang saleh).
“Utusan tersebut diperintahkan menuju ke negeri matahari terbit karena di situ terdapat orang yang dapat membaca Alquran. Sebelumnya mereka sudah ke Barus (sekarang Toba), Ternate, serta beberapa negara lain. Namun tak menemukan raja atau penduduk yang bisa membaca Alquran,” ujar Ahmad Yus. (baca selengkapnya artikel ini, klik di sini)