Laporan Wartawan Pos Kupang, Muhlis Al Alawi
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Boleh percaya boleh tidak. Booming batu akik dan permata di Nusa Tenggara Timur (NTT) rupanya menjadi berkah tersendiri bagi pengrajin batu akik dadakan di seluruh antero wilayah ini.
Tak hanya memburu bongkahan batu akik di pantai dan kali, para pengrajin juga memburu fosil yang memiliki nilai seni dan harga jual yang selangit.
Salah satu pengrajin dadakan yang beruntung itu yakni Nanang Basuki Rahmat, warga asal Probolinggo, Jawa Timur yang dahulu kesehariannya berjualan salome keliling di Pasar Kasih Naikoten I, Kota Kupang.
Pria bertubuh subur itu tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan kalangan pengrajin batu akik di NTT dalam dua bulan terakhir, lantaran koleksi fosil batunya yang langka dan unik.
Fosil Telur Naga. (Pos Kupang/Muhlis Al Alawi)
Bermodal nekat dan ulet, Nanang mendapatkan berkah dari usahanya saat berburu bongkahan batu akik di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pertengahan Mei 2015.
Saat bertandang di Kota Kefamenanu, Ibu Kota Kabupaten TTU, ia beruntung ditawari salah satu saudaranya untuk membeli batu fosil yang ditemukan di Sungai Noemuti, Kecamatan Sasi, Kabupaten TTU.
Bentuknya fosilnya bulat dan pipih dengan diameter sekitar 30-an cm dengan berat diperkirakan lima kilogram lebih.
Warna atas fosil Telur Naga krem dengan corak garis
Lantaran unik dan langka, ia nekat membeli batu fosil milik saudaranya itu.
Tak kehilangan akal, Nanang kemudian mencari informasi tentang harga-harga batu fosil yang langka dan unik di internet.
Ia menilai batu fosil yang dimilikinya itu unik dan langka, serta memiliki nilai jual yang tinggi.
Untuk itu memberikan nama batu fosil yang ditemukan di Kabupaten TTU dengan sebutan batu fosil Telur Naga.