News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Kalsel

Ragam Kue Khas Banjar, Pembuat Tak Boleh Wanita Haid atau Kue Akan Rusak

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pusat kue Tradisional Banjar Kurnia Rasa Hj Rukayah Tarmidji, Jalan Sutoyo S nomor 6 RT 17 Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Kue amparan tatak pisang dan putri selat jamak ditemui di pasar-pasar tradisional di Kalimantan Selatan.

Berbeda dengan kue sari pengantin yang hanya disajikan di upacara pernikahan tradisional orang Banjar.

Namun di saat bulan puasa ini, kue-kue itu bermunculan sebagai santapan berbuka puasa.

Pihaknya pun menjual kue-kue ini hanya di saat Ramadan. Di hari-hari biasa, hanya menjual kue bingka.

"Tiap hari kami buka juga, tetapi hanya terima pesanan. Biasanya, pembeli dari orang-orang Banjar juga yang hendak menggelar hajat pernikahan adat, karena kami juga menerima pesanan pembuatan kue khas Banjar untuk pernikahan adat Banjar," ujarnya.

Menariknya lagi, pembuat kue-kue ini masih memegang teguh tradisi Banjar karena merupakan keturunan Pangeran Citralaya yang selain sebagai koki istana juga seorang bangsawan Kerajaan Banjar berpangkat Mantri 4 di masa lalu.

Tradisi itu adalah menjelang bulan puasa, ibunya selaku pemilik toko berpuasa sunah Senin dan Kamis lalu menggelar selamatan dengan makanan berupa bubur habang dan bubur putih.

Tujuannya, supaya penjualan kue selama Ramadan lancar.

Selama proses pembuatan kue, pembuatnya tak boleh sedang dalam keadaan haid jika dia perempuan.

Menurut kepercayaan orang Banjar yang diyakini di kalangan pembuat kue tradisional Banjar, jika pantangan ini dilanggar maka kue akan rusak.

Pusat kue Tradisional Banjar Kurnia Rasa Hj Rukayah Tarmidji, Banjarmasin, Kalsel. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

"Percaya atau tidak, nanti warna kue akan berubah. Atau bisa juga lapisan kue akan berubah posisinya. Memang terkesan mistis, tetapi keyakinan itu masih dipegang teguh oleh kami," ujarnya.

Walau dia sekeluarga sudah beragama Islam, dengan mematuhi pantangan dan adat ini, bukan berarti berniat syirik kepada Allah.

"Kami keturunan koki Kerajaan Banjar, hanya berusaha untuk melestarikan adat Banjar yang berlaku. Walau terkesan mistis dan ada pengaruh kepercayaan Hindu dari orang-orang Banjar zaman dulu, tetapi ini lah tradisi orang Banjar dalam membuat kue tradisionalnya," ungkapnya.

Resepnya yang dipakai masih sesuai dengan yang aslinya. Misalnya, kue putri selat yang resepnya diciptakan Putri Junjung Buih.

Menurut resep itu, kue putri selat yang asli, saat sudah matang lapisan bawahnya berupa ampas kelapa saat diangkat tampak bergelombang karena lembut.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini