Jangan khawatir jika merasa haus dalam perjalanan, karena ada pedagang cold drink di titik-titik pemberhentian.
Namun harganya lebih mahal dari harga normal, kisarannya untuk cold drink Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu dalam pemberhentian pertama.
Selanjutnya, ada juga pedagang kelapa muda yang Rp 30 ribu.
Menurut seorang pemandu rafting, Made Lega, rafting lebih bagus dan aman ketika dilakukan saat musim kemarau.
Sementara itu, rekannya sesama guide rafting, Nyoman Saung, mengatakan bahwa dalam rute rafting sejauh 16 km itu, peserta melewati beberapa desa dan kecamatan.
"Startnya di daerah Rendang, lalu melewati Muncan, Ipah, Mijil, Sanggem, Sangkan Gunung, Semseman, Sangkungan dan finish di Tabu. Kita start mulai pukul 09.00-12.00 Wita," ujar pria yang sudah menjadi guide rafting selama 15 tahun ini.
Pemandangan sekitar Telaga Waja, Karangasem, Bali. (Tribun Bali/AA Seri Kusniarti)
Perhatikan Musim Jika Ingin Rafting
Sementara itu, Manager Operasional Sobek Telaga Waja Rafting, Wayan Kales, mengatakan bahwa ada standar khusus untuk rafting di Telaga Waja ini.
Lanjutnya, standar ketinggian air yang layak untuk rafting adalah 30 hingga 40 cm di atas permukaan air mulai dari nol.
"Kalau di atas itu kita cancel," tegasnya.
Sebab ada periode banjir bandang saat musim penghujan di sungai ini, yang tidak memungkinkan dilakukannya rafting.
Apalagi saat hujan dan banjir membuat keadaan sungai labil dan menyebabkan perubahan jalur rafting setiap saatnya.
Untuk itulah, sebelum rafting, pihaknya akan menugaskan anggota untuk turun ke sungai melihat situasi air.
"Karena kalau banjir, terkadang sawah di sekitarnya bisa jadi sungai. Sebab sungai Telaga Waja ini sifatnya labil," ujarnya.