Ukuran ombak setinggi itu tergolong tinggi. Namun kapal akhirnya tiba dengan selamat sampai tujuan.
Pada pelayaran tersebut ternyata mengangkut mayat seorang lelaki dari Manado, yang berada di dek satu.
Orang-orang yang ditemui saat itu membenarkan mitos tersebut. Pasti tiba dengan selamat, jika mengangkut mayat di kapal.
Namun yang namanya mitos, tetap kalah dengan doa. Sebelum dan sesudah berlayar, kapal terlebih dahulu berdoa.
Dipimpin seseorang dengan keyakinan Kristen lewat pengeras suara.
Selama berlayar ke Talaud, kapal akan melewati Siau dan Sangihe, beserta pulau-pulau kecil lainnya.
Kawasan ini masuk gugusan Nusa Utara, yang jaraknya lebih dekat dengan Manado.
Dari Manado, laut masih tenang. Setelah melewati Talise, sebutan untuk ujung pulau besar Sulawesi, gelombang langsung terasa karena memasuki laut lepas.
Apalagi jika gelombang laut tinggi. Terpaan gelombang paling besar akan dirasakan setelah memasuki kawasan antara Siau dan Sangihe.
Kecelakaan pelayaran ke Nusa Utara sendiri tergolong sangat kecil.
Untuk jurusan Siau dan Tahuna harus naik kapal lain. Ada kapal yang lebih kecil yang berlayar ke sana.
Waktu tempuh pun lebih cepat, sekitar 5-6 jam. Harga tiket sekali berlayar Rp 150 ribu.
Kapal dari Manado biasanya berlayar sore hari. Melewati semalam dan akan tiba besok paginya.
Untuk mendapatkan tiket pelayaran ini, langsung saja ke pelabuhan Manado.
Bisa juga, tak membeli tiket di loket, tapi langsung dibayar di kapal. Namun sebaiknya beli tiket di loket.
Banyak sekali tempat eksotis di Nusa Utara. Ibarat surga tersembunyi, yang belum banyak diketahui orang.
Wisata alam serta budayanya yang mencerminkan kekayaan Indonesia kita.