Agar bisa dimainkan dan tampak hidup, ondel-ondel dibuat dari rangka bambu yang memungkinkan orang-orang membawanya dari dalam.
Ondel-ondel biasanya tampil di barisan terdepan dari sebuah arak-arakan pada pesta pernikahan atau sunatan, diikuti oleh pengantin, keluarga, dan kerabat.
Arak-arakan dilakukan dengan mengelilingi kampung, nuansa Betawi yang diciptakan semakin kental dengan irama tanjidor atau gambang kromo mengiringinya.
2. Tari Belenggo
Tarian ini pernah populer di Batavia saat masa penjajahan Belanda.
Pengaruh Cina yang mengalir pada Betawi turut mempengaruhi gerak tarian ini sehingga terlihat mirip tari ronggeng.
Belenggo biasanya ditarikan dengan iringan tiga buah rebana dengan ukuran yang berbeda.
Ditambah lagi suara dari satu atau dua rebab yang biasanya dimainkan dengan gamelan Sunda dan terkadang diganti dengan biola atau kecapi.
Gerakan tarian sangat sederhana menyerupai tari zapin, semua penari merupakan laki-laki yang mengenakan kostum hitam mirip dengan pencak silat.
Bahkan koreografinya pun mengikuti gerakan ala pencak silat.
3. Tanjidor
Musik Tanjidor Betawi ternyata dilahirkan dari perkebunan Belanda yang terletak di pinggiran Batavia seperti Depok, Cibinong, Bogor, Bekasi, dan Tangerang.
Orang yang memainkannya adalah budak-budak seraya mempersembahkan pertunjukan untuk menir-menir Belanda.
Saat perbudakan dihapus pada abad ke-19, kelompok tanjidor tetap bermusik dengan cara mengamen demi mendapatkan penghasilan.