News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Kalsel

Istimewanya Kopiah Jangang khas Banjar, Terasa Adem, Mudah Dilipat dan Berongga

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penjual sedang menunjukkan kopiah jangang khas Banjar. Berongga, mudah dilipat dan terasa adem di kepala.

Laporan Reporter Banjarmasin Post, Yayu Fathilal

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan mayoritas beragama Islam.

Tak heran jika kemudian kopiah menjadi salah satu benda yang paling disukai, khususnya untuk beribadah.

Di antaranya ada peci khas Kalimantan Selatan, yaitu kopiah jangang.

Kopiah ini disebut demikian karena bahannya dari akar pohon jangang. Pohon jangang marak ditemui di hutan-hutan belantara Kalimantan.


Kopiah Jangang khas Banjar

Para perajinnya banyak ditemui di Desa Margasari, Rantau, Kabupaten Tapin. Setelah jadi, mereka menjualnya ke kota-kota lain, di antaranya ke Banjarmasin.

Kopiah ini bisa dikatakan unik dan pembuatannya masih sangat tradisional. Disebut unik karena kopiahnya berlubang-lubang. Lubangnya ada yang renggang ada juga yang rapat dan kecil-kecil.

Kopiah ini lemas dan bisa dilipat walaupun berbahan akar kayu. Kopiah jangang ini biasanya dijual di emperan saja, tak ada toko khususnya.

Biasanya, para penjualnya menggelar lapak jualannya di emperan Pasar Sudimampir di Jalan Sudimampir, Kelurahan Kertak Baru, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Di pasar ini, ada sekitar tiga orang pedagangnya. Seorang penjualnya, Hermansyah menjual kopiah jangang dalam berbagai jenis harga. Harganya antara Rp 30.000 hingga Rp 400.000.

Biasanya, kopiah jangang jualannya ini banyak diborong pembeli di musim umrah.

"Ada yang menjualnya lagi di Arab Saudi sana, ada juga yang katanya buat oleh-oleh," sebutnya.


Kopiah Jangang khas Banjar

Warna kopiah jangang ini biasanya coklat. Aslinya, akar pohon jangang berwarna coklat muda ada juga yang tua.

Nah, agar warna coklatnya merata, biasanya setelah dianyam menjadi kopiah, direndam dulu selama 10-15 menit di air yang sudah dicampuri parutan kayu uwar.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini