Punden-punden ini berbentuk limas menyerupai bentuk pyramid yang diniscaya sebagai tempat pemujaan kala itu.
Selain itu juga terdapat arca batu, prasasti batu berlubang, menhir, arca type Polynesia, dan juga kolam megalitik yang dipercaya airnya bisa membuat awet muda.
Tidak hanya itu saja, di Pugung Raharjo juga diketemukan keramik lokal dan asing yang berasal dari dinasti Han, Yuan, dan Sung.
Komplek batu mayat di Taman Purbakala Pugung Raharjo di Lampung Timur (Tribun Lampung/ Teguh Prasetyo)
Malah juga sisa peninggalan agama Islam pun juga ditemukan di sini.
Meski begitu kaya akan peninggalan bersejarah, sangat disayangkan jumlah pengunjung yang datang ke Situs Purbakala Pugung Raharjo semakin hari semakin sedikit saja jumlahnya.
"Sayangnya saat ini jumlah pengunjung ke Pugung Raharjo turun drastis. Dulu, biasanya jumlah pengunjung terutama dari study tour pelajar, bisa puluhan bus yang datang, tapi sekarang sangat sedikit sekali," ujar Saiful.
Selain itu, dia juga membantah adanya informasi yang mengatakan kalau di lokasi taman purbakala tidak aman karena kerap terjadi tindakan kriminal pemerasan yang dilakukan oknum pemuda. Saiful mengaku, selama ini tidak pernah ada laporan adanya pemerasan yang terjadi di areal taman purbakala.
"Kalau di situs purbakala, sampai saat ini aman-aman saja dan tidak pernah ada laporan seperti itu. Pernah terjadi kemungkinan itu di kebun dekat areal situs. Karena mereka yang datang bukan ke situs malah ke kebun-kebun itu," tambahnya.
Sementara Yaman N Aziz dari DPD HPI Lampung mengungkapkan sangat menyayangkan saat itu pemerintah tidak melakukan pembebasan tanah masyarakat sekitar taman purbakala.
Sehingga akhirnya areal taman purbakala dikelilingi bahkan sangat berdampingan dengan kebun milik masyarakat.
"Andai dulu dibebaskan semua. Tentu harga tanahnya tidak akan semahal sekarang," ujar Yaman.
Yopie Pangkey, admin @kelilinglampung mengatakan, sepinya pengunjung ke Taman Purbakala Pugung Raharjo juga disumbang dengan kondisi jalanan yang rusak parah, terutama di Jalan Sutami.
Sehingga akhirnya banyak pengunjung yang malas untuk datang ke tempat yang seharusnya bisa menjadi laboratorium sejarah anak bangsa bangsa, terutama Lampung, bahwa ternyata sejak dulu di Lampung sudah ada peradaban yang sangat maju. Dan perjalanan ditutup dengan kembali ke Kota Bandar Lampung.
Bagaimana Menuju Kesana?