Mayoritas, perajin di kawasan ini membuat patung binatang. Kuda, burung elang, serta ikan, paling banyak dipesan pembeli.
Bahkan, patung maupun pahat ini dibuat untuk memenuhi permintaan pasar di luar negeri. Misalnya, Taiwan, Cina, India, Arab juga Inggris.
Anda bisa melihat langsung atau menunggui selama proses pembuatan berlangsung.
"Kami melayani bentuk jadi, setengah jadi atau belum difinishing," kata pemilik Sanggar Jadi Mulyo, Wagisan.
Biasanya, perajin menggunakan kayu trembesi dan mahoni sebagai bahan utama.
Namun, mereka juga melayani pembuatan patung dan karya pahat menggunakan kayu jati.
Ukiran Jepara dengan mayoritas motif binatang (Tribunnews.com/ Syofri Kurniawan)
Untuk kayu jati berdiameter kecil, perajin bisa mengupayakan.
Hanya saja, untuk lingkar pohon besar, mereka lebih senang pemesan yang membawa kayu.
Ini terkait ribetnya pengurusan surat-surat kayu jati yang akan dipahat.
Setelah kayu-kayu gelondong tersedia, Wagisan dan pegawainya membelah kayu menggunakan gergaji mesin menjadi dua bagian.
Bagian-bagian tersebut langsung dipahat menjadi relief atau digergaji lagi menjadi bentuk kasar patung yang diinginkan.
Mereka tak membutuhkan mal atau pola.
Keterampilan memahat dan mengukir yang diwarisi sejak kecil membuat para perajin mahir mengira-ngira membentuk serta menghaluskan hasil karya hingga menyerupai asli.
Setelah pahatan atau model kasar rampung, perajin mulai menatah dan mengamplas hingga karya mereka halus.