Dari Banda Aceh perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam untuk tiba di Sibreh. Aceh Besar merupakan kabupaten yang berbatasan langsung dengan ibukota provinsi.
Untuk menuju kemari Cut dan kawan-kawan memakai sepeda motor dan melintasi Jalan nasional Banda Aceh- Medan, melewati jalur pantai timur-utara Aceh.
Mula-mula perjalanan terasa nyaman dengan kondisi jalan yang mulus teraspal lagi sepi.
Hamparan sawah yang menghijau dengan latar Gunung Seulawah Agam yang berdiri gagah menyegarkan mata yang memandang.
Setiba di Sibreh yang menjadi pintu masuk ke lokasi air terjun Gunung Luthu, perjalanan sesungguhnya baru saja dimulai.
Cut dan kawan-kawannya dari kalangan pecinta alam membawa serta perlengkapan masak dan tenda untuk berkemah. Penjelajah muda ini tak menduga jika medan yang mereka lalui demikian menantang.
Padahal ia sendiri hanya memakai kostum dan alas kaki seadanya. Cerita Cut sembari terkekeh mengenang petualangannya pada 2013 lalu itu.
Percikan Air Terjun Gunung Luthu keluar dari bebatuan (Serambi Indonesia/ Nurul Hayati)
Perjalanan juga tak semulus yang dibayangkan. Air terjun Gunung Luthu masih asing di telinga kebanyakan orang, sehingga untuk menuju kemari sangat mungkin kesasar.
Tak ada petunjuk jalan sehingga Cut dan kawan-kawan harus rajin bertanya demi sampai ke tujuan.
Pesona Gunung Luthu
Jauhnya jarak serta terutama beratnya medan yang ditempuh terbayar lunas sebegitu menjejakkan kaki di lokasi.
Pemandangan air terjun dengan ketinggian beberapa meter yang tercurah dari bebatuan membuat Cut sejenak terlupa pada beratnya medan yang mereka lalui.
Lebatnya pepohonan yang memeluk gugusan Bukit Barisan membuat suasana tak ubahnya seperti di hutan belantara. Kicauan burung ditingkahi suara jangkrik menjadi nyanyian Gunung Luthu.
Tempat ini merupakan pelarian yang tepat untuk menenangkan pikiran sekaligus menenteramkan jiwa.
Cocok bagi mereka yang berjiwa penjelajah dan selalu tertantang menaklukkan alam guna menemukan surga kecil tersembunyi.