Sepuluh peserta yang terpilih kemudian memasuki babak granfinal hingga menyisakan tiga orang pemenang.
Para peserta ‘adu geulayang’ memperebutkan piala penghargaan dan uang pembinaan dengan total hadiah Rp 7,5 juta.
Kriteria penilaian
Layangan yang digunakan adalah ukuran 50 Cm dengan panjang benang 500 meter.
Sementara bentuk, motif, dan warna tak masuk kriteria penilaian juri.
Layangan yang lolos seleksi kemudian diperlombakan melalui tahapan anjungan dengan waktu sekitar 10 menit.
Tahap kedua tarik ulur benang sepanjang 500 meter selama 10 menit.
Lalu yang terakhir ditancapkan di tiang pancang untuk melihat kondisi layang saat mengudara, juga dalam waktu 10 menit.
Sorak-sorai peserta geulayang tunang. (Serambi Indonesia/Zaki Mubarak)
Pada tahap pertama yaitu anjungan, peserta dibolehkan mengganti layangan apabila kayu layang patah, kertas layang sobek, atau tali layang putus.
Kemungkinan ini sangat mungkin terjadi sehingga peserta diberi kesempatan untuk berganti layang, namun dalam waktu yang sudah ditentukan.
Untuk itu pula, panitia menyiapkan bahan baku guna berjaga-jaga jika kemungkinan itu terjadi.
Angin dan kondisi Bukit Gua Jepang yang berundak-undak serta dipenuhi ilalang menjadi tantangan tersendiri bagi peserta.
Bukit Goa Jepang
Pemilihan Bukit Goa Jepang sebagai arena festival layang bukan tanpa alasan.