Tak hanya masyarakat lokal yang menggemari hidangan tradisional satu ini.
Wisatawan yang sedang mampir di kawasan pasar ini pun cukup tertarik untuk mencoba dan memberikan kesan yang baik untuk hidangan rakyat ini.
“Lucu sih dicampur urap, kan jarang ada bubur dicampur sayur kaya gini. Tapi rasanya enak, dan teman-teman yang pernah ke sini juga nyuruh saya coba ini,” ujar Wijaya, seorang wisatawan asal Surabaya yang mampir di Pasar Baturiti.
Udara dingin yang cukup kentara di sini pun bisa lumayan terobati dengan sajian tradisional satu ini.
Di pasar Baturiti, Bubur Bali dapat ditemukan saat pagi hari sekali atau siang hari menjelang sore.
Pagi sekitar pukul 06.00 Wita, atau di siang hari sekitar pukul 12.00 Wita.
“Saya jualan pagi di sini. Mulai jam 6 pagi, nanti lagi siang datang lagi,” ujar salah seorang pedagang Bubur Bali di Pasar Baturiti.
Tak hanya bubur Bali yang bisa sejenak meredakan dingin udara khas Bedugul, masih di Pasar Baturiti, pengunjung pun dapat menikmati kuliner lainnya, yakni Bubur Bakso.
Sepintas saat sedang diracik, bubur ini seperti bubur ayam biasa yang berwarna putih.
Namun, ternyata lain lagi.
Dalam semangkuk bubur bakso, selain bubur, sebagai isian hadir bihun dan “pentol” bakso dalam jumlah yang cukup banyak.
Justru, jika dilihat dari bumbu-bumbu yang digunakan, hidangan ini lebih mirip bakso biasa, yang membedakan adalah kehadiran bubur dalam hidangan ini.
Bakso yang disajikan mendampingi bubur ini pun bisa bermacam-macam, yakni sapi, ayam atau babi.
Seperti yang disuguhkan Wayan Suryantini, salah seorang pedagang bakso bubur di Pasar Baturirti, ia menjual semangkuk bubur bakso ini dengan harga Rp 10 ribu.