Dietrich mengatakan, kendala umum dalam pengembangan wisata bahari di pulau-pulau kecil adalah aksesibilitas yang terbatas. Namun, ketika itu nanti terselesaikan, tak kalah penting adalah apa yang tersaji, misalnya kuliner dan pengemasannya.
”Jangan sampai, misalnya, wisatawan ke pulau-pulau kecil ini hanya menjumpai menu iwak pithik (ayam), iwak endhog (telur). Itu yang masih saya temukan. Seharusnya kuliner, ya, hasil laut yang segar. Bikin yang inovatif, misalnya wisatawan memancing ikan lalu dimasak,” kata Dietrich.
Makmur mengatakan, saatnya pulau kecil terluar yang perairannya berbatasan dengan negara lain diperhatikan dalam segala hal.
Masuknya ”tamu tak diundang”, yakni 600 lebih manusia perahu (suku Bajo) dari Malaysia dan Filipina, secara berkelompok ke Kepulauan Derawan, November lalu, jangan sampai terulang.
Syamsul Maarif mengatakan, salah satu kelemahan pengelolaan wisata bahari di Indonesia adalah birokrasi yang belum berpikir pentingnya public entrepreneurship.
Itu dicirikan antara lain dengan inovasi, kreatif, proaktif, dan orientasi publik. (PRA)