Laporan Wartawan Tribun Manado, Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM, TALAUD - Pernahkah Anda menyeruput kopi di antara dua air terjun yang saling berhadapan?
Dijamin, sensasinya beda dan tak terlupakan.
Di Kepulauan Talaud, yang berada di ujung utara Republik Indonesia, ada sebuah air terjun yang dikenal dengan nama Ampadoap.
Airnya jernih dan menyegarkan, karena mengalir dari kawasan hutan yang masih perawan. (Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Ampadoap dalam bahasa lokal berarti saling berhadap-hadapan. Air terjun ini memang tak tinggi, masing-masing hanya setinggi lima meter.
Yang satunya memiliki lebar sekitar 20 meter, sementara satunya jauh lebih ramping.
Kedua air terjun ini jatuh di antara bebatuan dan aliran airnya bertemu di satu titik, lalu mengalir bersama menuruni anak sungai.
Airnya jernih dan menyegarkan, karena mengalir dari kawasan hutan yang masih perawan.
Seperti diciptakan untuk dinikmati manusia, tempat untuk bersantai di air terjun ini tepat di tengah kedua air terjun ini.
Pijakan yang pas untuk memasak air panas untuk secangkir kopi ataupun teh. Tanah dan bebatuan yang pas untuk pijakan kaki, tanpa basah.
Di kawasan sekitar air terjun ini juga menjadi habitat burung Nuri Talaud atau yang dikenal dengan Sampiri. (Tribun Manado/Fine Wolajan)
Karena tak tinggi, tak usah khawatir akan kecipratan jatuhan air.
Untuk mandi pun, bersih dan jernihnya air begitu menyegarkan badan, yang letih karena harus melewati hutan untuk tiba.
Ketika menghadap ke langit, pepohonan tumbuh di sekeliling air terjun dengan rapi. Membentuk setengah lingkaran, begitu lebat.
Cahaya matahari sesekali menerobos rimbunnya pohon-pohon itu.
Di kawasan ini memang sering dijadikan tempat untuk camping.
Tendanya bisa dibangun di antara dua air terjun itu, atau pun di tempat yang lebih tinggi, namun masih di kawasan air terjun itu.
Terlihat masih ada sisa-sisa permainan flying fox yang dibangun Kelompok Pecinta Alam (KPA).
Yang uniknya lagi, di satu sisi air terjun yang lebih besar, bebatuan stalaktit dan stalagmit mulai terbentuk.
Ketika menyambanginya, kelelawar kecil bisa keluar tiba-tiba dan mengangetkan anda.
Di tempat itu ternyata juga menjadi tempat kelelawar kecil yang bersembunyi di balik bebatuan itu.
Di kawasan sekitar air terjun ini juga menjadi habitat burung Nuri Talaud atau yang dikenal dengan Sampiri.
Burung ini beberapa waktu lalu nyaris punah, namun dengan berbagai upaya pelestarian dan penyelamatan yang dilakukan, kini hutan di Talaud kembali ramai dengan Sampiri.
Di hutan ini masih ada sisa-sisa upaya pelestarian waktu lalu, seperti kandang.
Tak sulit untuk menemukan air terjun Ampadoap ini. Dari Beo, hanya butuh berkendara sekitar 30 menit arah perkebunan warga yang ditumbuhi kelapa dan cengkih.
Dengan motor, anda bisa menembus hingga ke tangga sebelah air terjun.
Jika menggunakan mobil, harus diparkir di jalan raya, lalu jalan kaki sekitar satu kilometer.
Dari Kota Manado, harus berlayar sekitar 14 jam dengan kapal laut ke Melonguane, Ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud.
Dari Melonguane, berkendara sekitar satu jam ke Beo. Lalu dimulailah perjalan ke air terjun Ampadoap.
Satu lagi pesona alam di wilayah kepulauan terluar Indonesia. Nikmatnya si hitam akan lebih nikmat jika diseruput di air terjun ini.