Laporan Wartawan Tribun Timur Muthmainnah Amri
TRIBUNNEWS.COM, RANTEPAO - Berwisata ke Toraja dengan beragam tradisi dan budaya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan.
Wisatawan datang dan pergi untuk mengobati rasa penasaran mereka pada Toraja.
Salah satu petunjuk arah menuju Kuburan Pana. (Tribun Timur/Muthmainnah Amri)
Salah satu magnet itu adalah destinasi kuburan khusus bayi.
Kuburan Pana namanya, merupakan kuburan bayi tertua di Toraja yang berada di Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara.
Untuk mengakses ke lokasi hanya bisa ditempuh dengan kendaraan sewa. Roda empat dan dua. Kendaraan sewa banyak dijumpai di Pasar Bolu, di ibukota Rantepao.
Pana menjadi langganan turis, terbukti dengan papan selamat datang yang tertera di pintu masuk kuburan.
Turis datang dari Amerika, Belanda, Jerman, Polandia, Hawai, Italia, Jepang, Denmark, Swedia bahkan Israel.
Meski terkesan seram, tempat ini merupakan objek wisata favorit para turis di Toraja. (Tribun Timur)
Setiap turis yang mengunjungi Pana menuliskan negara mereka berasal, di papan nama tersebut.
Selepas papan nama ini, mesti menanjaki tangga sekira 25 meter.
Tangga dari batu dan dikelilingi pohon bambu. Sejuk, hening dan sedikit mistis. Bulu kuduk berdiri buat merinding, jangan lupa ucapkan salam.
Meskipun nafas ngos ngosan, pandangan langsung terpengarah pada tebing curam yang besar.
Tebing ini sudah dilubangi ukuran segiempat kecil, mulai dari atas hingga bawah tebing.
Disinilah jasad bayi yang sudah meninggal dimasukkan tanpa pembungkus.
Kemudian ditutup memakai papan dengan ukuran yang sama. Namun bisa dibuka tutup laiknya pintu masuk.
Kuburannya tampak sudah usang. Pintunya ada yang sudah rusak dan ada yang terbuka. Menandakan kuburan ini sudah berusia ratusan tahun.
Ada pagar pembatas antara peziarah dengan kuburan, mengingat tebingnya curam.
Berjalan ke arah selatan Pana, menjulang pohon Tarra'.
Warga setempat menyebutnya pohon Tarra', yang sengaja dilubangi untuk dimasukkan jasad bayi.
Saat mengunjungi Pana, ada beberapa permen di pohon tersebut. Ini menandakan sudah ada yang pernah berziarah ke sini.
Pohon bambu yang menjulang tinggi menghasilkan semilir angin yang menambah bulu kuduk berdiri. (*)