Sebagai orang tua tunggal, Pearson mengaku sangat lelah merencanakan perjalanan satu tahun penuh sambil mengurus anak-anak, bekerja full-time, dan mengatur penyewa yang akan menempati rumah mereka.
“Saya belum siap 100 persen tapi itulah cara kita hidup sejak kepergian Jane. Saya hanya bisa melakukan segala sesuatu sampai 70 persen saja,” tambah Pearson sambil duduk di lantai ruang tamu.
“Saat saya masuk ke pesawat adalah saat semuanya akan dimulai. Saya benar-benar senang melihat semuanya dari mata mereka. Saya tak sabar untuk duduk dan melihat mereka menjelajah.”
Berbaring di sebelah ayahnya, Max bercerita hal yang paling ingin ia lihat ialah sepupunya yang hidup di Selandia Baru, kemudian pergi ke Costa Rica untuk mencoba menjelajah hutan.
Bagi Sullivan, Great Barrier Reef di Australia dan kehidupan liar di Afrika adalah dua kartu terbesarnya.
Pearson menjelaskan kedua putranya terlibat langsung dalam riset dan perencanaan perjalanan ini.
Ia tak kuatir dengan anak-anaknya yang akan bolos sekolah selama 12 bulan, karena ia berencana untuk menerapkan home schooling padamereka selama di perjalanan.
Kedua anaknya juga akan menulis catatan mereka sendiri dan blog tentang petualangan mereka.
Di bulan Februari, anak-anak juga akan belajar di SD bersama sepupu mereka di Chrsitchurh, Selandia Baru, selama beberapa minggu.
“Untuk membiasakan mereka dengan budayanya,” sahut Pearson.
Meskipun perjalanan ini akan menjadi petualangan yang sangat berkesan, di waktu yang sama Pearson merasa sedih.
Ia memikirkan tentang Jane yang sangat menginginkan perjalanan ini.
Pearson bertemu Jane pertama kali pada usia 12, saat keluarga mereka berdua pindah ke Guelph, Kanada.