Setiap perbaikan dilakukan secara bertahap dan detil, dengan mengacu pada tatanan lay out asli.
Menurut Jro Mangku Gede, hingga saat ini bangunan dan setiap elemen yang ada di Pura Maospahit tetap sesuai dengan pertama kali ada.
“Semuanya masih asli. Proses perbaikannya, satu per satu diberi nomor kemudian disusun mengikuti acuan tatanan yang asli oleh para ahli bangunan kuno dari Dinas Purbakala,” tambah Jro Mangku Gde.
Meskipun tampak sepi dari area depan pura, tetapi masih ada wisatawan yang datang setiap hari. Khususnya karena telah menjadi satu cagar budaya nasional.
Pura Maospahit. (Tribun Bali/Cisilia Agustina)
Banyak wisatawan asing yang katanya datang untuk menapak tilas jejak sejarah leluhur mereka di sini.
Tak hanya itu, dari pihak Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar juga menjadikan Pura Maospahit ini sebagai satu di antara destinasi wisata dalam program Denpasar Heritage City Tour, yang mulai digalakkan kembali sejak awal 2015 ini.
“Dari sebelum ada program tersebut, tempat ini sudah dikunjungi oleh wisatawan. Namun, mungkin karena lokasinya berada di Kota Denpasar, kemudian dijadikan satu bagian dari Denpasar City Tour,” ujar Jro Mangku Gede.
Sekilas dari area depan, Pura Maospahit tampak sepi seperti tidak ada siapapun yang menghuni.
Namun, ternyata pintu masuknya berada di sebelah barat, yakni melewati sebuah gang kecil di sebelahnya.
Dari sana kemudian tampak Kori pintu gerbang sebagai akses pintu masuk menuju pura.
Saat Anda masuk ke dalamn akan tampak ibu-ibu yang sibuk membuat sesajen dan berbagai perlengkapan untuk sembahyang.
Panca Mandala
Dari segi arsitektur sendiri, Pura Maospahit tampak mendapatkan pengaruh dari Kerajaan Majapahit.
Untuk itulah namanya memiliki kemiripan.