Warung-warung ini buka tiap hari dari pagi hingga menjelang malam.
Tiap hari ada saja wisatawan yang kemari, hanya untuk bersantai menikmati keindahan alam sekitarnya.
Tempat ini tenang, cocok untuk melepas penat dari segala keletihan hidup, disuguhi pemandangan alam hijau Kabupaten Tanahlaut dari ketinggian.
Di balik segala pesonanya, gunung ini memiliki ceritanya tersendiri.
Keberadaan tempat ini sebenarnya sudah sangat lama, namun baru diberdayakan oleh Pemerintah Kabupaten Tanahlaut sebagai destinasi wisata sejak delapan tahun silam.
Dulu, menurut penuturan seorang penjual makanan di sana, Nursehan tempat ini hanya merupakan posko pemantau api.
Kawasan Gunung Kayangan dicanangkan sebagai ruang terbuka hijau untuk berwisata dan pelestarian alam.
Tak heran jika di tengahnya ada semacam menara pantau dengan dua tangga besi yang di puncaknya ada semacam pendopo kecil tempat memandang ke sekeliling gunung.
Nursehan yang merupakan warga setempat sudah sangat hafal dengan tempat ini.
Katanya, sejak dia masih kecil hingga sekarang, banyak warga yang melakukan ritual khusus di sini di malam hari.
"Kalau ada yang punya hajat, terus terkabul ada saja yang menaruh sesajen di sini. Biasanya berupa kopi hitam, teh, air putih, air kembang, dupa dan ayam yang masih hidup," jelasnya.
Dia sering menemukan ayam-ayam itu berkeliaran di sekitar situ di pagi harinya ketika hendak membuka warungnya.
Ayam-ayam itu biasanya dilepas warga yang menggelar ritual jika hajat mereka terkabul.
Kemudian, dia dan para penjual makanan lainnya kerap menemukan sesajen-sesajen itu diletakkan di bagian turunan gunung ini, tepat di belakang warung-warung itu yang masih berupa hutan dan semak belukar di pagi harinya.
Keyakinan itu memang begitu kuat, bahkan ada pula yang menggelar selamatan di tempat itu karena hajatnya terkabul.