TRIBUNNEWS.COM, TORAJA - Tana Toraja terletak di utara Kota Makassar dengan jarak sekitar 329 km. Merupakan salah satu ikon budaya Provinsi Sulawesi Selatan.
Tana Toraja terkenal akan budayanya. Meskipun masyarakan Tana Toraja sudah memeluk agama, namun masyarakatnya masih memegang teguh adat-adat leluhurnya yang diturunkan secara turun menurun.
Kuburan bayi tertua di Toraja, Sulawesi Selatan. (Tribun Timur/Muthmainnah Amri)
Salah satunya adalah upacara kematian, yakni Rambu Solo.
Rambu Solo
Masyarakat Toraja menganggap orang yang meninggal adalah orang yang sakit ataupun lemah.
Sehingga, orang yang meninggal diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti diberi makan dan minuman, diajak berbicara, dan dibaringkan di tempat tidur.
Masyarakat Toraja menganggap orang yang benar-benar meninggal adalah orang-orang yang kematiannya diupacarakan.
Upacara kematian yang sering diadakan di Tana Toraja disebut Rambu Solo.
Rambu Solo diadakan untuk menghormati yang meninggal dan mengantarkan arwahnya menuju alam roh.
Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa roh orang yang meninggal akan menuju ke Puya, tempat keabadian para leluhur di sebuah tempat peristirahatan.
Masyarakat percaya Puya, yang terletak di bagian selatan tempat manusia tinggal adalah tempat peristirahatan dan keabadian para leluhur.
Suasana ritual adat Ma'nene Tau-tau (patung) di Kuburan Goa Londa, Kesu, Toraja Utara, Sulsel, Jumat (14/8/2015). Ritual Ma'nene dan Ma'nene Tau-tau merupakan tradisi mengganti pakaian para leluhur masyarakat adat Toraja sebagai rasa cinta keluarga yang masih hidup, tak jarang dilakukan lima tahun sekali. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Arwah dan Rambu Solo
Masyarakat Tana Toraja percaya, bahwa arwah orang yang meninggal akan menjadi setengah dewa.
Oleh sebab itu, prosesi Rambu Solo dianggap sangat penting oleh masyarakat Tana Toraja.