TRIBUNNEWS.COM - Menjelang matahari menghilang dari langit Takasago, Ami menata ulang kopernya.
Hamparan bunga Lavender yang bermekaran Oishi Park atau Taman Oishi. Lokasinya tak jauh dari Danau Kawaguchi yang merupakan satu dari lima danau paling indah di Gunung Fuji, Jepang. (Barry Kusuma)
Dalam beberapa jam, ia akan meninggalkan kecamatan di utara Tokyo itu lalu menuju Bandara Narita.
Perempuan yang bekerja di Kuala Lumpur, Malaysia, itu harus memastikan kopernya tidak melebihi batas berat yang diizinkan maskapai.
Ia tidak siap jika harus membayar tambahan biaya bagasi.
"Saya pilih penerbangan paling murah dengan kebijakan bagasi amat ketat," ujarnya sambil terus menata ulang dua koper yang salah satunya akan masuk bagasi dan satu lagi dibawa ke kabin.
Ami menghabiskan hampir satu jam untuk menata ulang koper di tempat sempit di antara tempat tidur Yawp!Backpackers, losmen di dekat Stasiun Takasago.
Selesai menata ulang, ia bercengkerama sebentar dengan tamu losmen.
Tak lupa berterima kasih kepada salah satu tamu yang meminjamkan timbangan kecil untuk mengukur berat kopernya.
Setelah semua sapa di losmen, ia mulai menuju Bandara Narita.
"Habis sudah masa liburan, kembali ke pekerjaan di Putra Jaya," ujarnya.
Kecamatan Takasago dan Bandara Narita sama-sama di Provinsi Chiba.
Perlu 40 menit dengan kereta dari Stasiun Takasago menuju Bandara Narita. Waktu perjalanan tidak termasuk untuk ganti kereta di sebagian stasiun.
Dari Takasago ke Narita tidak ada kereta langsung. Kereta langsung hanya tersedia dari Tokyo, tepatnya di Stasiun Oshiage.
Ami bukan satu-satunya tamu Yawp!Backpackers yang beranjak pada akhir pekan di pertengahan Oktober itu.
Pemuda asal Jerman, Bernard, juga meninggalkan losmen itu untuk berpindah ke selatan Tokyo. "Saya naik kereta ke Roppongi, pindah ke losmen lain," ujarnya.
Tinggal di losmen, naik penerbangan murah, dan menumpang kereta adalah kombinasi pelesir hemat di Jepang.
Kombinasi itu melawan kesan pertama yang akan segera menyergap soal jalan-jalan ke Jepang: mahal.
Citra Jepang, khususnya Tokyo sebagai tempat serba mahal, memang melekat di banyak orang.
Padahal, pelesir ke "Negeri Matahari Terbit" itu bisa dilakukan dengan hemat.
Perencanaan
Anak sekolah sedang antre menyeberang di Nagoya City dengan sepeda kayuhnya di tengah lalu lalang mobil. (Tribunnews/Agung Budi)
Kunci melancong hemat ke Jepang adalah perencanaan matang dan jauh-jauh hari.
Jalan-jalan ke Jepang antara Mei-Juli atau November-Januari sudah pasti mahal.
Tidak mudah mendapatkan tiket penerbangan murah pada periode liburan itu.
Sebaliknya, ada periode Februari-Maret dan September-Oktober yang layak dijadikan pilihan waktu bertandang ke Jepang.
Jika memastikan akan menyambangi Jepang pada periode itu, mulai pesan tiket penerbangan.
Bandara tujuan bisa memilih Haneda yang paling dekat dengan Tokyo, Narita di Chiba, atau Chubu di Provinsi Mei dan paling dekat dengan Sirkuit Suzuka.
Ada banyak pilihan penerbangan dari Bandara Soekarnao-Hatta di Banten atau Bandara Ngurah Rai di Bali menuju Jepang.
Pemandangan luas suasana Kota Saitama, Jepang. (Koresponden Tribunnews/Richard Susilo)
Dari Jakarta, ada tiket Garuda Indonesia tiket pulang-pergi seharga Rp 6,5 juta untuk satu penumpang ke Jepang.
Sejumlah maskapai lain menawarkan harga kurang lebih sama. Tentu saja di kelas ekonomi dan harus dipesan jauh-jauh hari.
Tiket dapat dibeli melalui berbagai laman internet, baik milik maskapai maupun agen perjalanan.
Jika ingin melihat lebih banyak pilihan maskapai, laman agen perjalanan bisa dikunjungi.
Setelah tiket aman, segera mencari tempat tidur selama di Jepang.
Suhu rata-rata 21 derajat celsius selama Maret-April dan Oktober di Jepang amat menggoda untuk dinikmati dari balik selimut di kamar hangat.
Namun, jauh-jauh ke Jepang tentu bukan untuk diam di kamar bukan?
Jadi, sebaiknya pilih penginapan yang hanya menyediakan tempat tidur.
Ada banyak pilihan penginapan seperti itu di berbagai penjuru Jepang. Penginapan sekadar untuk meluruskan punggung setelah seharian pelesir dan menitip barang selama jalan-jalan.
Tarif penginapan di Tokyo memang bisa luar biasa mahal jika memilih di Ginza atau Marunouchi yang bertetangga dengan kompleks Istana Kekaisaran Tokyo.
Sewa kamar paling murah di kawasan itu Rp 2 juta per malam.
Jika bersedia bergeser sedikit ke pinggiran, harga kamar bisa ditekan lebih dari separuh. Bahkan, hingga 90 persen lebih murah jika bersedia menyewa tempat tidur saja. Harganya bisa Rp 200.000 per malam.
Pilihan lain soal kamar adalah dengan menyewa bersama.
Bisa dengan orang yang dikenal, bisa juga dengan orang yang sama sekali asing.
Ada banyak laman internet yang menawarkan sewa kamar bersama.
Jika kebetulan sekamar dengan orang asing, anggaplah kesempatan mengenal orang dari negara dan kebudayaan lain.
Transportasi
Setelah urusan kamar selesai, tinggal memikirkan transportasi selama di Jepang.
Pilihan paling rasional adalah dengan naik kereta atau sepeda.
Bisa juga mengombinasikan kereta dan sepeda. Ada banyak tempat persewaan sepeda di Jepang.
Lupakan taksi, kecuali membawa segepok yen.
Sebagai gambaran, dari Narita ke Tokyo butuh 25.000 yen dengan taksi.
Dengan kereta, hanya perlu membayar maksimal 1.170 yen per orang.
Jika memutuskan naik kereta, sebaiknya punya tiket elektronik yang bisa dibeli di semua stasiun.
Bisa memilih kartu Suica, Pasmo, atau merek lain yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan kereta api Jepang.
Semua jenis kartu bisa dipakai di hampir semua jenis kereta.
Harga kartu baru rata-rata 2.000 yen atau sekitar Rp 224.000 (dengan catatan kurs 1 yen = Rp 112), 500 yen untuk deposit dan sisanya sebagai saldo.
Saldo dalam kartu itu tidak hanya bisa dipakai untuk membeli tiket kereta.
Sebagian toko di Jepang menerima pembayaran dengan kartu itu.
Dengan kartu, tak perlu repot mencari recehan saat harus membeli tiket atau aneka barang lain di toko.
Juga tidak perlu khawatir kehilangan tiket kereta yang ukurannya tidak lebih besar dari plester luka.
Cukup tempelkan kartu ke pintu masuk dan keluar stasiun.
Jaringan stasiun di Jepang tersebar cukup dekat ke hampir semua tempat wisata.
Hanya perlu berjalan kaki kurang dari 1 kilometer dari stasiun ke berbagai tempat wisata.
Lupakan tempat wisata populer dan mahal selama di Jepang.
Berbagai kuil dan kastil bisa disambangi secara gratis.
Paling tidak bisa berfoto dari halamannya.
Beragam tempat wisata tradisional dan tidak perlu tiket masuk ada di berbagai penjuru Jepang.
Oleh-oleh? Silakan mampir kawasan Asakusa atau Ueno di Tokyo.
Di Ueno ada aneka makanan dan rempah Jepang, tepatnya di Pasar Ameyayo Kocho.
Sementara di Asakusa ada pasar khusus aneka oleh-oleh khas Jepang.
Sejumlah supermarket di berbagai tempat di Tokyo, Osaka, hingga Sapporo juga menyediakan aneka oleh-oleh khas Jepang.
Pelancong bisa mengecek sasaran tempat wisata melalui internet.
Catat semua informasi itu dan susun jadwal perjalanan.
Seperti sudah disinggung dalam tulisan ini, kunci perjalanan hemat ke Jepang adalah perencanaan matang.
Dengan perencanaan matang, total biaya pelesir sepekan ke Jepang bisa dijaga maksimal Rp 15 juta per orang.
Selain menjaga anggaran tak membengkak, jadwal perjalanan, tiket pergi-pulang, serta tempat menginap dibutuhkan untuk pengurusan visa.
Informasi pengurusan visa dilihat di laman resmi Kedutaan Besar Jepang. Selamat melancong..