TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - Lebih dari 500 jepretan dari kamera HP, yang diminta masyarakat bersama Menteri Arief Yahya seharian itu. Lebih dari 5.000 anak muda berkumpul silih berganti di Queensbridge Square dari jam 11.00-17.00 itu.
Lebih dari 15.000 orang Indonesia, yang saat ini bermukim dan hidup bersosialisasi dengan warga Melbourne, Australia. Sebuah Kota berpenduduk mendekati 5 juta, dan mendapat predikat The World’s Most Liveable Cities, kota paling nyaman ditinggali 2002 dan 2004, lalu 2011 dan 2012 oleh The Economist.
Menpar Arief Yahya kemarin, 14 November 2015 betul-betul jadi bintang di balik sukses The Wonderful Indonesia Festival 2015, yang digulirkan di Queensbridge Square, Melbourne, Australia.
Sebuah kolaborasi antara seni tradisi, musik popular, artis kedua negara, interaktif, kuliner, sampai promosi pariwisata dengan pemberdayaan community Indonesia di sana.
Makin sore, makin mendekati batas akhir izin penyelenggaraan acara out door itu makin heboh. Itulah untungnya jika sebuah even di kreasi bersama komunitas anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri. Acaranya sukses, semua pihak happy, branding Wonderful Indonesia menancap tajam, Pemerintah Australia juga appreciate. Lengkap sudah!.
“Tinggal menunggu impact-nya terhadap target kunjungan wisman asal Australia ke Indonesia,” ungkap Arief Yahya, Menpar yang tak henti-henti harus “break” diajak berfoto dengan warga di sana.
Arief Yahya pun berterima kasih pada Konsul Jenderal untuk Victoria dan Tasmania, Dewi Wahab yang super antusias. Juga Lord Mayor Robert Doyle yang turut hadir dan memberi sambutan. Juga Siam Nugraha, CEO Telkom Australia yang bersama-sama mempersiapkan acara tahunan ini.
“Kebetulan, di pertengahan acara, Minister for Multicultural Affairs, Robin David Scott datang ke tenda lokasi festival, dan saya minta izin tahun depan acara ini boleh digelar lagi. Beliau antusias, beliau setuju,” kata Arief Yahya.
Pariwisata itu berada di bawah koordinasi kementerian yang dipimpiin Robin David itu. Bisa jadi, 2016 nanti acara ini dilangsungkan di Federation Square, di Flinder Street yang berseberangan dengan St Paul's Cathedral itu. Lokasi paling ideal untuk festival yang fun, simple dan bersahabat seperti The Wonderful Indonesia Festival ini.
“Saya puas dengan acara ini. Blended, antara komunitas Indonesia dan orang Australia, dengan komposisi fifty-fifty,” aku mantan Dirut PT Telkom itu.
Stand Sate Madura, Empek-empek Palembang, Sup Kondro Makasar, Masakan Padang, Jajan Pasar khas daerah, hampir semua ludes sebelum acara memasuki half time.
Antrean panjang mengular untuk membeli dan mencicipi aneka teste masakan khas Indonesia itu sendiri menjadi pemandangan yang amat melegakan.
Musik kulintang, gamelan Jawa, tarian Bali, tarian daerah, dari Sumatera Utara, Aceh, dengan kostumnya yang menyala di terang matahari Melbourne menambah meriah suasana.
Pemandangan orang Australia menenteng makanan, bersama-sama, dibawa di sepanjang riverside Yarra, di bawah pepohonan yang rindang rapi, di atas rumput hijau, diganggu satu dua burung manyar dan duduk sambil berdialog santai. Sangat familiar. Berbagai latar belakang suku, agama, tradisi, bersama-sama menikmati cita rasa Indonesia yang amat terkenal di lidah mereka.
Kostum Malang Flower Carnaval yang wow juga menjadi objek selfie orang-orang Australia di Melbourne. Perempuan cantik mengenakan kostum karnaval yang besar, tinggi, lebar, berwarna-warna menantang.
Ada juga tarian Gading Alit (Malang), tarian Cendrawasih (Bali), tari Jejer Gandrung (Banyuwangi), yang turut menghangatkan suasana.
Performance Sandi Sandoro dan kawan-kawan juga sempat heboh, dengan hits nya “Tak Pernah Padam.” Audience pun ikut bersenandung ketika Sandi dengan suara “penuh power” itu mengajak bernyanyi bersama.
Puncaknya, ketika group music popular Australia, Justice Crew yang merupakan simbol komunitas multicultural tampil menghebohkan panggung. Dengan breakdance yang gesit, beat yang cepat, gerakan yang extreme, betul-betul membius audience.
Sampai-sampai orang tidak bisa lewat, seluruh space di Queensbreidge Square itu dijejali manusia dan tidak mau bergerak saat Justice Crew sedang pamer suara dan gerakan liarnya. Orang yang lewat pun terpaksa berhenti, dan mengeluarkan smartphone nya, lalu disentuh layar photo, digeser video, lalu mengabadikan gerakan yang sangat sulit buat orang normal.
“Dari suasana yang nyaman, welcome, asyik seperti ini brand pariwisata Wonderful Indonesia akan masuk,” kata Arief Yahya.
Misi Menpar Arief Yahya di Mebourne ini ada tiga hal besar. Pertama, mempromosikan 10 destinasi unggulan baru, dari Danau Toba (Sumut), Kepulauan Seribu (Jakarta), Bromo (Jatim), Labuan Bajo (NTT), Mandalika (NTB), Borobudur (Jateng), Wakatobi (Sultra), Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banam), Morotai (Malut).
Kedua, Menpar ingin ada regenerasi wisman asal Australia. Anak-anak muda yang banyak berwisata. Karena jika muda sudah mengenal Indonesia, tidak lama kemudian mereka akan menjadi wisman yang datang ke dua lagi, ketiga, keempat dan terus eksplorasi Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, 726 bahasa daerah, dengan pusat-pusat terumbu karang yang terbaik di dunia, seperti Raja Ampat, Wakatobi, Labuan Bajo, Derawan, dll.
“Karena itu, kemasan acara dan artisnya pun yang gaul dengan anak muda,” jelasnya.
Ketiga, Menpar juga ingin menjelaskan bahwa destinasi di Indonesia itu bukan hanya Bali yang memang sudah mendunia, dan dianggap rumah kedua, bagi orang Australia. Bali harus bisa menjadi hub, penghubung bagi destinasi lain di sekitarnya, untuk ikut maju.
“Tak Kenal maka Tak Sayang,” itulah moto yang cocok untuk menggambarkan, betapa penting berpromosi melalui channel: komunitas seperti di Melbourne ini.