Perahu kecil dengan sayap di kanan kiri berpenggerak motor berkecepatan 20 kilomoter yang akan membelah lautan lepas dan antarkan anda menyaksikan lumba- lumba di habitat aslinya.
Parahnya, saat Tribun dtaang ke Kiluan cuaca sedang tidak bersahabat.
Meski jam ditangan sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, matahari tak berdaya untuk muncul ke singgasana miliknya.
Awan mendung begitu tebal menyelimuti sekitar. Satu dua kali petir menyambar menambah kengerian. Tapi menurut pemilik jukung, waktu-waktu seperti ini adalh saat yang pas melihat lumba-lumba.
Rayuan itu cukup menenangkan hati atas gelapnya situasi kala itu.
Nelayan di Kabupaten Tanggamus memulai penangkapan ikan lumba-lumba di kawasan Teluk Kiluan dengan perahu jukung.
Sayang, di tengah lautan lepas, tantangan lain segera datang. Hujan mulai turun disertai dengan laut yang mulai bergejolak.
Ombak satu hingga dua meter mengombang-ambing perahu kayu. Sungguh suasana yang menegerikan, mengingat posisi kapal sudah jauh dari bibr pantai.
Syukurnya, ombak yang dinilai tidak ganas bagi pemilik perahu yang kami naiki hanya berlangsung sekitar 20 menit. Sepuluh menit berikutnya perjalanan kembali tenang. Kanan kiri hanya laut biru yang mengelilingi perahu.
Hingga tiba saatnya, sang pemiliki perahu mengatakan kami telah berada di spot terbaik lumba-lumba.
Kala itu ada 15 kapal yang berada di tengah lautan lepas menanti dengan cemas kemunculan lumba- lumba khas Kiluan. 5 menit, 10 menit, 15 menit. Sejuah ini hanya laut biru yang kami temui.
Namun salah satu kapal mendadak heboh dan berteriak. Mereka histeris dengan kemunculan sekawanan lumba-lumba yang berenang dan melesat di sisi perahu. Inilah yang kami dan wisatawan lainnya nantikan. Melihat Lumba-lumba di habitat aslinya.
Perjalanan jauh dan akses jalan yang ekstrim terbayar lunas dengan pengalaman melihat lumba-lumba.
Bahkan bagi anda pehobi snorkeling, Kiluan adalah surga untuk menikmati alam bawah laut yang masih terjaga.
Terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias terjaga keasriannya di sekitar Pulau Kiluan.