Laporan Wartawan Pos Kupang, Edy Bau
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - "Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai, tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman."
Ini sepenggal syair lagu yang dirilis Band Legendaris Koes Plus pada tahun 1973.
Lagu ini melegenda hingga sekarang karena syairnya yang ringan, nada yang indah dan menggambarkan dengan jelas betapa kayanya alam Indonesia.
Inspirasi lagu ini muncul ketika pada tahun 1972, salah satu personil Koes Plus, Yon Koeswoyo melakukan perjalanan ke Dili dan menyempatkan diri singgah di tempat ini.
Tak berlebihan andaikan pada tahun itu, Embung Haekrit sudah ada dan singgahi personil band ini, pasti akan ada inspirasi untuk membuat lagu yang sama.
Memang, Embung Haekrit sekilas tampak seperti lautan atau sebuah danau besar padahal sesungguhnya sebuah embung buatan manusia.
Embung Haekrit terletak di Dusun Bauatok, Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur (Tastim), Kabupaten Belu ini dibangun untuk mengairi sawah dan menyuplai air bersih untuk warga sekitar dan Kota Atambua.
Selain itu, embung ini ternyata menyimpan pesona wisata yang indah. Dan bisa menjadi tempat wisata alternatif bagi keluarga atau siapapun yang datang ke Kabupaten Belu.
Puncak embung ini menawarkan dua pemandangan indah pada dua sisi yakni birunya air embung bak lautan yang sedang tenang tanpa ombak sekaligus indahnya hamparan sawah ke arah Kota Atambua.
Embung bisa menjadi tempat untuk menikmati sore hari, juga bisa untuk menghabiskan waktu memancing ikan. Dijamin takkan kecewa walau datang sendirian ataupun bersama keluarga tercinta anda.
Tak usah kuatir soal tempat karena selain terdapat beberapa pohon kayu putih yang rindang, pemerintah juga sudah membangun rumah lopo sebanyak tujuh buah lengkap dengan tempat duduknya sehingga anda bisa sepuasnya menikmati pemandangan di danau buatan manusia ini.
Untuk mencapai embung ini tidaklah susah. Hanya butuh waktu kurang dari 20 menit untuk sampai ke tempat ini.
Anda bisa menyusuri jalan raya Atambua-Weluli. Sampai di Fatubenao-Atambua setelah melewati jembatan kecil, masuk cabang kanan.
Setelah berjalan aspal sekitar satu kilometer lebih, anda akan memasuki jalan berbatu.
Satu kilometer kemudian, masuk cabang kiri dan berjalan lagi sekitar dua kilometer untuk pencapai puncak embung.
Jalan menuju embung ini memang masih belum diperbaiki dan berbatu. Tetapi ketika tiba di punc ak embung, jalanan rusak yang anda lewati akan terbayarkan dengan keindahan yang akan anda nikmati.
Tulisan nama embung Haekrit berukuran besar akan menjadi penanda bahwa anda telah tiba di puncak embung.
Berdasarkan data kementerian PU, embung ini dibangun antara tahun 2007-2009 oleh PT. Waskita Karya untuk irigasi dan penyediaan air bersih dengan anggaran sebesar Rp 34,8 M.
Daya tampung Embung Haekrit ialah 2,2 juta meter kubik dengan luas genangan mencapai 62 hektar.
Embung Haekrit memiliki daerah tangkapan air atau total area sebesar 29,4 kilometer dengan kemampuan mengairi daerah irigasi potensial 300 hektar.
Mampu mensuplay air bersih sebesar 30 liter perdetik untuk desa-desa di sekitar embung dan sebagian kota Atambua.
Ukuran Embung Haekrit selengkapnya antara lain, ukuran tanah sepanjang 260 meter, tinggi 15,5 meter dan lebar puncak Embung lima meter.
Bagi yang pernah melihat tempatnya lumpur Lapindo di Sidoarjo maka akan menemukan sedikit kesamaan secara bentuk fisik dari Embung Haekrit dengan tanggul angin yang dibuat untuk menahan lumpur Sidoarjo di jalan raya Porong.
Menurut salah satu warga Dusun Bauatok, Melki Tobe, sejak tahun 2009, embung ini selalu ramai oleh para pengunjung, hanya untuk sekedar duduk dan menikmati suasana sore atau suasana siang sambil terus memandang hamparan air yang tenang dan membiru di depan mata.
Hembusan semilir angin sejuk menerpa tubuh, menambah nikmatnya orang untuk berlama-lama duduk dan merenungi keindahan danau buatan manusia itu.
Berkurangnya debit air di musim kemarau seperti saat ini, tak mengurangi pesona danau buatan ini.
Pengunjung bisa langsung turun ke dasar embung untuk menyentuh langsung airnya. Bisa mengetahui susunan batu besar pada dinding embung.
Dengan berkurangnya debit air, pengunjung juga bisa memancing ikan sepuasnya. Jenis ikan yang bisa anda dapatkan di embung ini adalah ikan gabus dan i kan mujair.
Ya..dengan segala pesona yang dimiliki, Embung Haekrit memang tak sekedar embung.
Dia menyimpan pesona wisata yang bisa dinikmati oleh warga Kota Atambua. Bagi anda warga luar Atambua, sempatkan diri anda ke tempat ini terlebih pada sore hari. Dijamin takkan kecewa.