Alhasil dalam dua hari terkumpul dana setara 20 kilogram emas atau 130 ribu dolar Singapura.
Versi lain menyebutkan, saat itu Daud Beureueh yang iba dengan Soekarno langsung memerintahkan langsung Abu Mansor, sekretarisnya untuk mengumpulkan sumbangan.
Menurut Pemerhati Sejarah Aceh, Abdurrahman Kaoy, saat itu Abu Mansor datang ke Pasar Atjeh memungut sumbangan dari warga yang berada di pasar tradisional samping Masjid Baiturrahman itu.
Dengan pesawat ini blokade Belanda bisa diterobos dan hubungan antara pemerintah pusat di Yogyakarta dengan daerah-daerah lain di Sumatra khususnya Aceh dapat diwujudkan.
Hal ini memperlancarkan roda pemerintahan kala itu.
Namun agresi militer Belanda II pada 1948 memaksa pesawat ‘Seulawah’ berpangkalan dan beroperasi di Rangoon, Birma.
Pun begitu sumbangsih pesawat pertama dan satu-satunya di Tanah Ibu Pertiwi saat itu tak dapat dinafikan.
Penerobosan blokade Belanda pada malam hari dengan mengangkat senjata dan mesiu ke pangkalan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.
Mendirikan Indonesian Airways dalam rangka membantu pengadaan senjata dan mesiu pengadaan pesawat C-47 Dakota RI-007 dan RI-009.
Membantu membiayai perwakilan-perwakilan RI dan pendidikan calon penerbang serta teknisi AURI ke luar negeri.
Melalui pemancar radio Indonesia Airways berita-berita perjuangan di tanah air diteruskan ke beberapa perwakilan RI di luar negeri serta PBB.
Pesawat Seulawah mengepakkan sayapnya dalam merebut kembali kemerdekaan dari tangan penjajah.
Simbol perjuangan dan pengorbanan.
Dari Aceh untuk Indonesia.