Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – ‘Demam’ batu belum reda.
Dari perut bumi Aceh, rupa-rupa batu memancarkan kilaunya.
Penggemarnya datang dari berbagai kalangan, masyarakat lokal pun pelancong.
Tak ada standar harga untuk sebutir batu mulia.
Beragam batu mulia dari Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul)
Prestis menjadi alasan orang tak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam.
Daya pikat batu Aceh
Nah! Jika anda berkesempatan berkunjung ke Aceh, maka anda akan mendapati batu mulia baik yang masih bongkahan maupun siap pakai bertengger di setiap sudut.
Salah satunya di kawasan Lampeuneurut Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Sisi Jalan Soekarno – Hatta, tepatnya di depan kantor Majelis Permusyarawatan Ulama (MPU) dijejali pedagang soevenir berupa perhiasan batu mulia.
Di sini anda bisa memborongnya dalam bentuk bongkahan, batu siap asah, atau perhiasan siap pakai.
Bisa juga memakai jasa untuk mengasah batu atau membeli aksesoris pelengkap perhiasan berupa ring.
Uji kualitas batu. (Serambi/Nurul)
Semua dihargai mulai puluhan hingga jutaan rupiah.
Warna-warni cincin, gelang, liontin berlomba-lomba menarik perhatian pengunjung.
Pengrajin juga sudah banyak yang berkreasi dengan membuat perhiasan bertema etnik, seperti motif pintu Aceh.
Rupa-rupa perhiasan itu diperuntukkan bagi pria dan wanita.
Badan Pertambangan dan Energi (Distamben) setempat menemukan 13 batu mulia yang terkandung di dalam perut bumi Aceh yaitu giok, garnet/idocrase, agate, kalsedon, kristal kuarsa, krisopras, kayu terkersik, opal, obsidian, jasper, chert, dan peridotit.
Tersebar di bentang alam Aceh meliputi wilayah barat, tengah, dan timur.
Batuan terssebut memiliki kadar kekerasan mulai 4 Mohs.
“Idocrase dan solar adalah primadonanya. Ini adalah batu asli Aceh yang paling banyak dicari,” terang Muhammad Nasir dari Limbostone.
Menurutnya daya tarik dari batu Aceh tersebut adalah kejernihan warna dan tentu saja semburat serat yang membayang di sela-sela bebatuan.
Untuk menguji kualitas, sebuah senter disiapkan.
Lokasi dan waktu
Pelancong dari Malaysia, Cina, dan Thailand adalah warga dunia yang kepincut batu alam Aceh.
Bekerjasama dengan rekannya, kini Nasir sudah memasok komoditas tersebut ke Jakarta, Surabaya, dan Bali.
Batu mulia ittu didapat dari belahan Aceh seperti Nagan Raya, Geumpang, dan Geurutee.
Sejak setahunan terakhir, Nasir bersama 20-an penjaja batu lainnya membuka lapak di kawasan yang berbatasan dengan Kota Banda Aceh.
Tempat ini buka mulai pukul 10.00 WIB – 24.00 WIB.
Bagaimana anda terpikat batu mulia dari Aceh?