“Pastinya tidak ada yang tahu, diperkirakan oleh tetua banjar sekitar 700 tahun,” kata Kurnawijaya.
Pria yang saat itu mengenakan baju merah menjelaskan, pihaknya tidak tahu pohon tersebut berasal dari jenis apa.
Apalagi sampai sekarang belum pernah ada penelitian dari ahli maupun mahasiswa.
“Biasanya saat wisatawan asing datang selalu menanyakan jenis pohon ini. Tapi kami belum bisa menjelaskan secara pasti,” paparnya.
Kurnawijaya menjelaskan, pohon besar yang tingginya sekitar 50 meter terkadang juga dijadikan tempat meditasi oleh wisatawan asing yang berkunjung.
Dia menjelaskan, beberapa waktu lalu ada 10 orang rombongan wisatawan yang berkunjung dan melakukan meditasi.
Seorang di antaranya sempat mencium-cium batang akar pohon putih itu.
“Ada yang mencium batang pohonnya, guide-nya menjelaskan jika pohon ini memiliki aura yang bagus untuk meditasi,” ujarnya.
Pria yang juga bekerja menjadi saudagar padi itu mengatakan, jika pohon putih di banjar mulai dikembangkan sebagai obyek wisata sejak tahun 2013 lalu.
Pada tahun 2014 mulai dilakukan pembersihan dan penataan, sebelum itu di sekelilingnya tempat yang sangat rimbun semak belukar.
Tidak hanya itu, kayu hijau muda itu sering mengeluarkan bunyi mirip gambelan saat rerainan (hari yang dianggap suci oleh umat Hindu).
Di bawah pohon tersebut diyakini ditanam seperangkat gambelan Pura Babakan.
“Menurut cerita tetua kami, di bawah pohon ini pernah ditanam seperangkat gambelan serta gada emas. Hal itu dilakukan menghindari penjarahan saat masa kerajaan,” kata Kurnawijaya.(*)