TRIBUNNEWS.COM - Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai tahun 2016, semua negara ASEAN adalah pintu masuk pariwisata.
Tidak bisa lagi masing-masing negara ASEAN egois hanya mementingkan kepentingan kemajuan pariwisata negaranya sendiri.
“ASEAN is one destination," ucap Erina Loo, Ketua bidang Pelatihan dan Pendidikan dari Southeast Asia Tourist Guide Association atau SEATGA.
Tetty Ariyanto, seorang pemandu wisata senior, sedang menjalankan tugasnya.
Erina yang sudah 22 tahun berprofesi sebagai pramuwisata (pemandu wisata/ tourist guide) atau tour guide di Malaysia mengungkapkan, MEA menuntut negara ASEAN saling berkompetisi dan saling melengkapi satu sama lain.
Di sela-sela Sarasehan Standar Kompetensi Pramuwisata ASEAN yang diselenggarakan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD DKI Jakarta, Erina mengungkapkan, paling penting dalam menghadapi MEA adalah kesiapan tenaga kerja pariwisata, termasuk jasa pramuwisata.
"Pramuwisata mengemban tugas sebagai duta pariwisata di negaranya. Jangan hanya bercerita tentang sejarah saja. Membosankan. Harus berani berinovasi. Jika tidak ya tidak akan laku dipakai turis," kata Erina.
Berdasarkan data SEATGA, diperkirakan pada tahun 2020 nanti, dalam jangka per 5 tahun jumlah turis masuk ke negara ASEAN secara terintegrasi akan mencapai 123 juta turis, baik turis sesama negara ASEAN maupun luar ASEAN. Tahun 2025 angka tersebut bisa mencapai 152 juta turis dan 2030 mencapai 187 juta turis.
Tutorial: Tips mendapatkan hotel dengan tarif murah.
Salah satu inovasi yang sedang digarap SEATGA adalah menciptakan sarana pariwisata yang baru dan berbeda dari sebelumnya di negara ASEAN. Ada 3 inovasi wisata, yaitu:
1. Wisata yang berdasar pada kekayaan pengalaman adalah mengajak turis untuk merasakan sendiri budaya lokal. Jadi juga bukan hanya cerita tapi melakukan sendiri apa yang menjadi nilai budaya lokal.
2. Wisata yang berdasar nilai kreatifitas adalah wisata yang lebih mempelajari dan menghargai tema tertentu dalam kesenian seperti festival, pertunjukan, termasuk hasil karya budaya lokal.
3. Wisata buat kalangan anak muda yang banyak nilai tantangannya seperti komunitas dan kegiatan yang memacu adrenalin.
“Makanya pramuwisata juga harus mau berubah untuk membuka pikiran terhadap perubahan dan kemajuan zaman. Salah satunya adalah membuka mata terhadap sosial media dan internet," ujar Erina Loo.
Erina juga berpesan agar para pekerja di bidang pariwisata jangan merasa puas hanya dengan sertifikasi dan lisensi. Setiap individu harus memiliki inovasi dan ide kreatifitas.
"Kita harus menunjukkan bahwa kemampuan kita berbeda dan lebih dari yang lain. Baru kita bicara harga tinggi," ucap Erina. (Fira Abdurrachman)