Oleh: Iswandi Syahputra, Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
TRIBUNNEWS.COM - Soal wisata halal dalam kaitan kuliner, lain lagi cerita saya saat traveling ke Paris, Perancis.
Karena sudah lebih tiga hari tidak ketemu nasi, hari itu saya bertekad harus ketemu restoran Asia (biasanya restoran Cina atau Jepang) yang menyediakan nasi.
Akhirnya ketemulah saya sebuah restoran yang memang menyediakan nasi.
(Baca tulisan sebelumnya: Kuliner Halal, Belum Tentu Cara Memasaknya Juga Halal )
Salah satu menunya mirip nasi goreng campur kacang polong dan wortel yang dipotong sekecil kacang ijo.
Menu seperti ini biasa disajikan oleh restoran berbintang saat breakfast. Sayapun memesan menu itu, gurihnya sudah terasa di ujung lidah.
Sertifikat halal yang tertempel di sebuah resto di Paris, Perancis.
Saat pesanan saya tiba, isteri saya yang curiga melihat potongan 'wortel', koq seperti potongan daging. Kami bertanya pada pramusaji.
Dijelaskannya bahwa itu daging yang haram untuk kami makan. Ah, terlanjur pesan, nggak jadi makan juga.
Hm, makan apa ya, yang aman?
Akhirnya, sayapun memilih memesan menu lain.
Tapi nasi campur potongan daging haram itu tetap saya bayar lho...
Lain lagi cerita saat saya berada di Munich, Jerman. Dalam perjalanan, selain membawa air, saya selalu membawa sepotong roti di tas.
Untuk persiapan jika saya 'diserang' rasa lapar mendadak. Lumayan, sepotong roti bisa digunakan untuk mengganjal perut.
Di sebuah cafe, saya pesan beberapa potong roti untuk perjalanan jauh menuju Roma, Italia.
Tiba di stasiun Termini, Roma, perut mulai lapar. Salah satu ritual saya di kota yang saya kunjungi, mencoba hot chocolate dan es krim.
Iswandi Syahputra saat traveling ke Venezia, Italia.
Saat memesan hot chocolate, saya teringat roti yang saya beli belum sempat saya makan.
Isteri saya melihat roti yang akan saya makan itu juga dijual di cafe tempat kami memesan hot chocolate.
Iseng aja, istri saya bertanya itu roti isi apa? Dijawab, isi daging yang haram kami makan. Saya yang duduk menunggu sambil menyeruput hot chocolate dan bersiap menyantap roti isi 'daging' mendadak dicegah oleh isteri.
Setelah dijelaskannya, kami belah roti dan benar isinya daging yang haram untuk kami makan. Sebut saja, isinya daging babi-lah.
Dari pengalaman tersebut, setiap melakukan perjalanan ke Eropa saya selalu menjaga diri dari apapun makanan yang berbahan daging.
Sebenarnya itupun bukan jaminan, sebab bisa saja zat makanannya halal tetapi karena cara mengolahnya tidak sesuai syari'at Islam menjadikannya makanan haram.(Sumber: Islampopuler.com )