“Bedanya Rijsttafel di sini dengan tempat lainnya adalah kita memunculkan variasi rasa. Ada rasa pahit dari lawar paye, dingin dari sayur urap, rasa hot atau pedas dari sate plecing, ada salty yang terdapat di ikan jambal asin, sour yang dimunculkan dari sambal tuna sambal bongkot, kemudian manis dari dessert,” terangnya.
Rijsttafel dilengkapi dengan kerupuk, nasi, dan dessert berupa buah-buahan, klepon, bubuh injin, dan wingko babat yang nikmat.
Terdapat enam variasi rasa yang diciptakan dari Rijsttafel di Sukun Restaurant.
Semuanya didapatkan dalam satu hidangan, dengan cara yang berbeda.
“Siganture dish yang lain adalah Nasi Raja yang kita ambil dari cerita kerajaan zaman dulu. Jadi ketika itu raja makan menggunakan dulang sehingga kita juga set up makanannya di atas dulang,” lanjut Chef Adi.
Sama halnya dengan Rijsttafel, Nasi Raja juga memiliki beragam makanan yang lengkap dan disajikan dalam satu tempat.
Mulai seafood, sayuran, sup, hingga dessert.
Yang membuat unik adalah cara penyajian dengan dulang sehingga tampilannya makin menarik dan istimewa bak seorang raja.
“Kami juga punya andalan lain adalah megibung yang merupakan cara makan dari tradisi orang Bali dan kita angkat kembali. Sampai Bondan Winarno menuliskan tradisi megibung ini dalam bukunya. Kami ingin mengangkat masakan Indonesia, khususnya Bali agar sesuai dengan lidah orang barat,” ujarnya.
Menikmati hidangan di Sukun Restaurant seolah menggali lagi masakan tradisional Indonesia yang mulai pudar.
Menyantap tiap hidangan makin lengkap karena suasananya yang dihadirkan nyaman.
Interior didominasi warna cerah dengan langit-langit ruangan bergambarkan langit dan awan.
Berada di tepi kolam renang dengan tampilan ceria dengan suasana alam Bali yang tropis, Sukun Restaurant buka setiap hari pukul 06.30-23.00 Wita dengan kapasitas sekitar 150 orang. (*)